BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Awalnya filsafat hanya terfokus pada kajian filsafat alam dan filsafat
manusia. Tetapi seiringnya waktu berjalan, saat ini kajian filsafat tidak hanya
terfokus dalam filsafat alam dan filsafat manusia saja tetapi filsafar
kebudayaan, filsafat bahasa bahkan filsafat ilmu pengetahuan.
Filsafat Ilmu Pengetahuan adalah salah satu cabang dari filsafat yang
sudah diminati sekitar abad ke-17, namun semenjak abad ke-20 filsafat ilmu
pengetahuan telah mengalami perkembangan yang besar, sehingga sebagian orang
tidak sanggup mengikuti arus perkembangannya karena beragamnya jurusan. Saat
ini sudah ada sekitar 230 jurusan. Awalnya ilmu hanya ada dua yaitu ilmu alam
dan ilmu sosial. Tetapi sudah berkembang pesat terutama ilmu alam. Semakin
banyak jurusan maka semakin spesifik keilmuan saat ini.
1.2
Rumusan Masalah
·
Apa yang dasar- dasar pengetahuan ?
·
Apa pengertian ilmu ?
·
Bagaimana kedudukan dan Pendekatan Filsafat Ilmu
Pengetahuan ?
·
Apa yang dimaksud dengan ontologi ?
·
Apa yang dimaksud dengan epistemologi ?
·
Apa yang dimaksud dengan aksiologi ?
1.3
Tujuan penulisan
·
Untuk mengetahui dasar- dasar pengetahuan.
·
Untuk mengetahui pengertian ilmu
·
Untuk mengetahui kedudukan dan pendekatan
filsafat ilmu pengetahuan.
·
Untuk mengetahui ontologi.
·
Untuk mengetahui epistemologi.
·
Untuk mengetahui aksiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Dasar- dasar Pengetahuan
1.
Penalaran
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan
mengenai baik- buruk, benar- salah, ataupun indah- jelek. Itu sebabnya hewan
tentu berbeda dengan manusia. Hewan memiliki penalaran akan datangnya musuh dan
hewan hanya mengunakan penalarannya untuk kelangsungan hidup. Sedangkan manusia
yang memiliki penalaran, manusia mengunakan penalaran untuk mengatasi kebutuhan
akan kelangsungan hidupnya.
Pengetahuan mampu dikembangkan manusia disebabkan dua hal utama yakni
pertama, manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan
jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Sebab yang kedua, yang
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantab
adalah kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu.
Manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan akan datangnya bahaya
gunung meletus, tetapi hewan hutan yang tinggal di gunung tersebut tidak mampu
memberitahu akan datangnya bahaya gunung meletus melalui bahasa yang digunakan
ke hewan yang lain. Hewan mampu bernalar saat datangnya bahaya gunung meletus,
maka hewan hutan yang tinggal di gunung tersebut akan keluar dari kawasan
bahaya tersebut menuju tempat yang aman, tetapi hewan tidak mampu menguak apa
penyebab gunung meletus, bagaimana cara mengatasi bahaya tersebut dan lain
sebagainya. Hal itu hanya dapat dilakukan oleh manusia bukan hewan.
Penalaran merupakan kegiatan berpikir yang mempunyai karakteristik
tertentu dalam menemukan kebenaran. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Benar bagi tiap orang tidaklah sama maka oleh
sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar
itu pun juga berbeda. Kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses
penemuan kebenaran tersebut. Penalaran memiliki ciri- ciri tertentu yaitu suatu
pola berpikir yang secara luas disebut logika, dan penalaran adalah sifat
analitik dari proses berpikir.
2.
Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan.
Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka
proses berpikir itu harus dilakukan suatu cara tertentu. Suatu penarikan
kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan
ini disebut logika. Terdapat dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika
induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan
kesimpulan dari kasus- kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat
umum. Sedangkan logika deduktif yang membantu kita dalam penarikan kesimpulan
dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus).
3.
Sumber pengetahuan
Segala sesuatu harus diragukan terlebih dahulu atau biasa disebut dengan
apriori. Kebenaran merupakan realitas yang didalamnya tidak ada keraguan.
Terdapat cara manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar yaitu dengan
cara rasio dan pengalaman. Yang pertama beranggapan bahwa kebenaran hanya dapat
diperoleh melalui rasio dengan merenungkan segala realitas yang ada
disekeliling. Yang kedua beranggapan bahwa kebenaran yang berupa pengetahuan
itu hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan bukan melalui penalaran
rasional yang abstrak tetapi melalui pengalaman yang konkret. Ada cara lain
untuk mendapatkan pengetahuan yaitu dengan cara intuisi dan wahyu. Intuisi
adalah pengetahuan yang didapat tanpa melalui penalaran tertentu yang bersifat
personal dan tidak bisa di ramalkan. Sedangkan wahyu adalah pengetahuan yang
disampaikan oleh Tuhan kepada manusia melalui para nabi- nabi.
4.
Kriteria kebenaran
Terdapat tiga teori kebenaran antara lain :
a.
Teori Koherensi
Teori koherensi adalah suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan
tersebut konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Sebagai
contoh semua makhluk hidup pasti akan mati, maka manusia juga akan mati. Karena
manusia termasuk makhluk hidup.
b.
Teori Korespondensi
Teori korespondensi adalah pernyataan dianggap benar jika berhubungan
dengan objek yang dituju oleh pernyataan tersebut. Sebagai contoh ibukota
Negara Amerika Serikat adalah Washington DC. Pernyataan tersebut benar karena
sesuai dengan kenyataan yang ada. Ibukota Negara Amerika Serikat bukan London
tetapi Washington DC.
c.
Teori Pragmatis
Teori pragmatis adalah pernyataan dianggap benar jika proses pembuktian
secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta- fakta yang mendukung.
2.2
Ilmu
a.
Pengertian ilmu
Kata ilmu berasal dari bahasa arab yaitu alima yang mempunyai arti
pengetahuan. Ilmu mempunyai kategori isi yang berupa hipotesis, teori dan dalil
hukum. Ilmu merupakan perkembangan lanjutan dari pengetahuan indera. Jenis-
jenis ilmu antara lain :
1.
Ilmu praktis adalah ilmu yang tidak hanya hukum
umum dan abstrak, tidak berhenti pada teori dan menuju ke dunia kenyataan yang
mempelajari hubungan sebab akibat.
2.
Ilmu praktis normatif adalah ilmu yang
memberikan ukuran- ukuran dan norma- norma.
3.
Ilmu praktis positif adalah ilmu yang lebih
khusus memberikan norma- norma untuk melakukan tindakan agar mencapai hasil
tertentu.
4.
Ilmu spekulatif- ideografis adalah ilmu yang
mengkaji kebenaran objek dalam wujud nyata ruang dan waktu tertentu.
5.
Ilmu spekulatif-nomotetis adalah ilmu yang
mendapatkan hukum umum atau generalisasi substantif .
6.
Ilmu spekulatif- teoritis adalah ilmu untuk
memperoleh kebenaran dari keadaan atau peristiwa tertentu.
Ilmu dan filsafat sama- sama
mencari pengetahuan yang benar. Tetapi terdapat perbedaan antara pengetahuan
filsafat dan pengetahuan ilmu yaitu pengetahuan filsafat bersifat menafsirkan sedangkan
pengetahuan ilmu bersifat melukiskan.
b.
Tiga tahap kerja ilmu
Tiga tahap kerja ilmu bagi para ilmuwan antara lain :
1.
Mengumpulkan data- data yang bersifat fakta-
fakta.
2.
Pelukisan fakta dengan cara memberikan definisi
umum, melakukan analisis fakta- fakta, dan mengklasifikasikan fakta- fakta.
3.
Penjelasan fakta- fakta dengan cara menentukan
sebab- sebab terjadinya, dan merumuskan hukum.
Kebenaran ilmu ditentukan oleh
sejumlah kriteria yaitu hipotesa atau dugaan pikiran yang berarti mengumpulkan
data- data kemudian dilakukan hipotesa, apabila hipotesa telah logis dan sudah
diuji maka mendapatkan teori. Ilmu disusun haruslah sistematis, teratur, dan
dapat teruji kebenarannya. Kebenaran ilmu sepanjang pengalaman sedangkan
kebenaran filsafat sepanjang pemikiran. Ilmu mencari pengetahuan dari segi
tertentu atau bidang- bidang khusus, sedangkan filsafat mencari pengetahuan
dari semua segi atau secara menyeluruh.
c.
Hubungan antara filsafat dengan ilmu
Hubungan filsafat dengan ilmu menurut pandangan kaum filosof sekarang
yaitu:
1.
Hubungan erat antara keduanya. Perkembangan ilmu
haruslah bersama- sama dengan filsafat, bahkan ada yang menyamakan ilmu dengan
filsafat.
2.
Filsafat tidak berkait dengan ilmu. Ia otonom
dan tidak mau diperalat oleh ilmu.
Pandangan pertama beranggapan
bahwa filsafat haruslah bedasarkan fakta- fakta penelitian ilmiah, jika tidak
berdasarkan fakta penelitian ilmiah maka pernyataan itu tidak bernilai. Dan ada
yang beranggapan bahwa filsafat adalah membentuk fundamental ilmu dengan cara
analisis- analisis logis dan metode- metode yang dipakai oleh ilmu. Dengam
demikian filsafat merupakan riset dari epistemologi. Sedangkan pandangan kedua
beranggapan bahwa filsafat itu otonom, tidak ada keterkaitan antara filsafat
dengan ilmu bahkan keduanya saling- tantang.
2.3
Kedudukan dan Pendekatan Filsafat Ilmu
Pengetahuan
a.
Kedudukan Filsafat Ilmu Pengetahuan dalam
Sistematika Filsafat
Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia dibagi menjadi dua jenis yaitu
pengetahuan yang berasal dari diri manusia itu sendiri dan pengetahuan yang
berasal dari luar manusia atau biasa disebut dengan wahyu. Teradapat tiga
kategori pengetahuan yaitu :
1.
Pengetahuan indera adalah kemampuan manusia yang
dapat melihat, mendengar, peka terhadap sentuhan, dapat mencium sesuatu dan
dapat merasakan rasa itu merupakan pemikiran langsung yang bertumpu pada panca
indera dan batasnya sampai kepada segala sesuatu yang tidak terperangkap oleh
panca indera.
2.
Pengetahuan ilmu adalah manusia berpikir
kemudian hasil pemikirannya dilakukan eksperimen. Setelah itu dilakukan dengan
sistematika dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannyayang bertumpu pada
kegiatan otak dan tangan dan batasnya sampai kepada yang tidak atau belum dapat
dilakukan penelitian.
3.
Pengetahuan filsafat adalah manusia memikirkan
segala sesuatu secara sistematika, radikal dan universal bertumpu pada otak
saja dan batasnya adalah batas alam, namun manusia mencoba memikirkan diluar
alam yaitu agama Tuhan .
Kedudukan filsafat pengetahuan adalah menyoroti gejala pengetahuan
manusia berdasarkan sudut sebab- musabab pertama.
Seperti pokok pembahasannya apa pengetahuan itu benar, dapat dipercaya, tidak
berubah- ubah ataupun berkembang, jika pengetahuan berkembang seperti apa
perkembangan pengetahuan itu sendiri, jika pengetahuan itu benar apa yang bukti
bahwa pengetahuan itu benar, jika pengetahuan itu dapat dipercaya apa sebab
pengetahuan itu dapat dipercaya, jika pengetahuan tidak berubah- ubah apa
penyebab itu terjadi. Segala sesuatunya harus berdasarkan sebab akibat.
Apa yang disebutkan diatas merupakan gejala pengetahuan yang dapat
dilihat sebagai objek material filsafat pengetahuan. Sedangkan ilmu pengetahuan
dapat diartikan sebagai pengetahuan yang diatur berdasarkan sistematika dengan
langkah- langkah pencapaiannya serta dapat dipertanggung jawabkan secara benar
dan teoritis. Ilmu pengetahuan terbagi atas ilmu alam dan ilmu kemanusiaan.
Sedangkan filsafat ilmu pengetahuan dibedakan menurut bidang ilmu pengetahuan
yang disoroti dan melihat dari hubungan antara ilmu yang satu dengan ilmu yang
lain. Dan kesemuanya harus berdasarkan sebab akibatnya.
b.
Pemahaman tentang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan bertitik pada gejala “kesadaran akan pengetahuan” yang
mempunyai arti setiap tindakan dari pengetahuan secara tersirat. Jika unsur
pengetahuan diungkapkan secara tersurat maka itu yang disebut refleksi. Berkat
refleksi, pengetahuan yang walnya bersifat spontan jika ditelusuri secara lebih
lanjut dengan cara sistematika akan menghasilkan ilmu yang dapat dipertanggung
jawabkan. Ilmu pengetahuan akan lebih masuk akal jika hal tersebut dilakukan
secara sistematika dan teoritis.
Hasil pengetahuan semakin mengorbankan sifat konkret pengetahuan langsung
demi semakin nampaknya suatu susunan menyeluruh yang bersifat abstrak.
Ilmu pengetahuan dicirikan sebagai usaha untuk mengumpulkan hasil
pengetahuan secara teratur dan sistematis, berkat adanya refleksi. Pengungkapan
hasil itu terjadi dalam macam- macam model, yang dapat digolongkan menjadi dua
model dasar, yaitu model aposteriori dan model apriori. Model apriori sudah
dirintis Plato, sedangkan Aristoteles mengutarakan suatu model ilmu di mana
sebagai hasil pemeriksaan aposteriori diperoleh suatu “pengetahuan melalui
sebab musabab”, yang faham apriorinya mencari ciri khas ilmu.
Cara kerja aposteriori ilmu- ilmu empiris sering diberi nama “induksi”
(cara kerja induktif) sedangkan cara kerja apriori ilmu- ilmu pasti biasanya
diberi nama deduksi (cara kerja deduktif). Dalam logika, kita menjumpai bahwa
deduksi diberi batasan sebagai penalaran dengan kesimpulan yang wilayahnya
lebih sempit daripada wilayah premisnya, sedangkan induksi adalah penalaran
dengan kesimpulan yang wilayahnya lebih luas daripada wilayah premisnya.
c.
Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat pengetahuan memeriksa sebab yang bermula pada kehidupan sehari-
hari. Filsafat pengetahuan selalu mencari tahu mengenai kebenaran, kepastian,
yang kemudian melalui tahap selanjutnya yaitu objektivitas, abstraksi, intuisi
dan dan mempertanyakan dari mana asal pengetahuan dan ke arah mana pengetahuan
itu berada.
Filsafat ilmu pengetahuan mempunyai cara yang sama seperti pengetahuan,
tetapi terdapat perbedaan yang mendasar mengenai filsafat ilmu pengetahuan
yaitu sifat teratur, dan sistematis dalam ilmu pengetahuan agar hasil yang
diperoleh dapat dipertanggung jawabkan secara teoritis.
d.
Cara Kerja Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan mempunyai wilayah yang lebih luas daripada
penyelidikan tentang cara kerja ilmu-ilmu. Filsafat ilmu pengetahuan memiliki
tugas meneliti dan menggali sebab- musabab pertama dari gejala ilmu
pengetahuan. Diantaranya paham tentang kepastian, kebenaran, dan objektivitas.
Cara kerja filsafat ilmu yaitu bertitik pangkal pada gejala ilmu- ilmu
pengetahuan, mengadakan reduksi ke arah intuisi yang ada dalam ilmu- ilmu
pengetahuan, sehingga kegiatan ilmu- ilmu dalam pelaksanaannya dapat dimengerti
sesuai dengan kekhasannya masing- masing.
2.4
Ontologi : Hakikat Apa yang Dikaji
1.
Metafisika
Tafsiran metafisika yang pertama yang diberikan manusia terhadap alam
semesta ini bahwa ada wujud- wujud yang bersifat gaib atau supranatural yang
melebihi kekuatan manusia. Mereka beranggapan bahwa roh- roh yang sudah
meninggal menempati suatu benda seperti pohon, batu, air terjun dan lain- lain
yang disebut kepercayaan animisme. Bertolak belakang dengan pandangan yang
pertama, ada yang beranggapan bahwa alam semesta ini tidak mendapat pengaruh
dari hal- hal gaib melainkan kekuatan dari alam sendiri yang dapat dipelajari
atau bisa disebut dengan orang yang berpaham naturalisme dan materialisme.
2.
Asumsi
Asumsi terhadap ilmu salah satunya adalah Paham determinisme dikembangkan
oleh William Hamilton (1788-1856) dari doktri Thomas Hobbes (1588-1679) yang
menyimpulkan bahwa pengetahuan adalah bersifat empiris yang dicerminkan oleh
zat dan gerak yang bersifat universal. Aliran filsafat ini merupakan lawan dari
paham fatalisme yang berpendapat bahwa segala kejadian ditentukan oleh nasib
yang telah ditetapkan lebih dulu. Paham determinisme bertentangan dengan paham
pilihan bebas yang menyatakan bahwa manusia mempunyai kebebasan dalam
menentukan pilihannya tidak terikat kepada hukum alam yang tidak memberi
alternatif. Jadi ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu manusia dalam
memecahkan masalah praktis sehari- hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan
seperti agama yang berfungsi memberikan pedoman terhadap hal- hal yang paling
hakiki dari kehidupan ini. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu perlu
memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi, sebab pengetahuan yang
bersifat personal dan individual seperti upaya seni, tidaklah bersifat praktis.
Jadi diantara paham determinisme dan pilihan bebas, ilmu menjatuhkan pilihannya
terhadap penafsiran probabilistik.
3.
Peluang
Didalam sebuah acara berita, biasanya kita menemukan ramalan cuaca. Di
dalam ilmu ramalan cuaca, maka Jakarta akan turun hujan dengan intensitas hujan
lebat. Jika pada hari itu ternyata Jakarta tidak hujan, jangan salahkan ilmu.
Ilmu hanya dapat memperkirakan akan datangnya hujan 0,8. Jika tidak hujan maka
0,2.
4.
Beberapa asumsi dalam ilmu
Dalam mengembangkan asumsi maka harus memperhatikan beberapa hal yaitu
asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan yang
merupakan telaah ilmiah, asumsi harus disimpulkan dari “keadaan sebagaimana
adanya” bukan “bagaimana keadaan yang seharusnya” yang merupakan telaah moral.
5.
Batas- batas penjelajahan ilmu
Awalnya ilmu hanya terdiri dari ilmu alam dan ilmu sosial. Seiring dengan
perkembangan zaman, maka berkembang hingga 650 cabang keilmuan. Untuk orang
awam 650 cabang keilmuan mereka tidak mengetahui. Ilmu dapat berkembang karena
keingintahuan manusia. Ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan
berhenti di batas pengalaman manusia. Ilmu membatasi lingkup penjelajahannya
pada batas pengalaman manusia yang disebabkan oleh metode yang dipergunakan
dalam menyusun yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Ilmu yang
bercabang menyebabkan pendangkalan pada ilmu maka diperlukan solusi yaitu
pendekatan multi- disiplin dan pendekatan inter- disiplin. Namun tidak
mengamburkan otonom disiplin keilmuan dari masing- masing ilmu.
2.5
Epistemologi : Cara Mendapatkan Pengetahuan yang
Benar
1.
Jarum sejarah pengetahuan
Zaman dahulu, seorang kepala suku dapat menjadi penghulu, seorang dukun,
berdagang dan lain sebagainya. Tetapi untuk zaman sekarang kenyataan tersebut
sudah tidak bisa lagi karena bidang keilmuan yang sudah berkembang menjadi 650
cabang keilmuan sehingga spesialisasi pekerjaan semakin sempit. Jika kita ingin
membangun sebuah gedung perkantoran, maka harus memperhatikan tata guna lahan,
fungsi lahan, sistem drainase lahan, sistem ketahanan bangunan dan banyak lagi.
2.
Pengetahuan
Orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Kebanyakan pengetahuan
diperoleh melalui pengalaman yang bersentuhan dengan panca indera. Jika es
dipanaskan maka es tersebut akan berubah menjadi air. pengetahuan yang demikian
itu dimiliki manusia karena ia mempergunakan pengalaman yang diolahnya lebih
lanjut- yang dipikirkan kata orang- tidak semuanya dengan pengalaman dan
pikirannya sendiri, kerapkali juga mempergunakan pengalaman dan pikiran orang
lain. Dengan sadar diusahakan untuk mengetahui sebenar- benarnya, diusahakan
benar supaya isi pengetahuan itu sesuai dengan hal yang diketahui (objeknya).
Dengan demikian pengetahuan mengejar dengan sadar kebenaran, tidaklah terutama
menghiraukan kegunaannya dalam hidup sehari- hari. Pengetahuan dalam usahanya tidaklah
puas dengan cara yang serba kebetulan, melainkan berusaha pula mencari jalan
tertentu untuk mempermudah diri mencapai tujuannya. Ia bekerja menurut jalan
(Yunani:hodos) tertentu, maka dari itu pengetahuan yang tadi di sebut mempunyai
metodos. Manusia selalu waspada supaya pengetahuannya itu sesuai dengan objek
serta hasil- hasilnya dikumpulkan dengan susunan tertentu pula sehingga
semuanya itu merupakan keseluruhan yang tersusun dengan teratur, inilah yang
disebut sistem. Pengetahuan memiliki sistem. Jadi pengetahuan kalau
dibandingkan dengan ilmu merupakan biji. Kalau biji itu sudah tidak lagi
terpendam, melainkan sudah muncul (sadar), berkembang dengan teratur
(bermetodos) serta terpelihara baik (bersistem) maka adalah ilmu.
3.
Metode ilmiah
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang
disebut ilmu. Jadi ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat- syarat tertentu.
Syarat- syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan dapat disebut ilmu
tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah.
Alur berpikir yang tercakup dalam metode ilmiah terdiri atas beberapa langkah
yang mencerminkan tahap- tahap dalam kegiatan ilmiah yaitu perumusan masalah,
penyusunan kerangka berpikir, perumusan hipotesis, pengujian hipotesis dan
penarikan kesimpulan. Jadi proses berikir seorang ilmuan dimulai dari ragu-
ragu.
4.
Struktur pengetahuan ilmiah
Sebuah hipotesis yang telah teruji kebenarannya dan telah diakui sebagai
pernyataan pengetahuan ilmiah yang baru dan memperkaya khasanah ilmu yang telah
ada sebelumnya. Secara garis besar maka terdapat empat jenis pola penjelasan,
yaitu :
a.
Penjelasan deduktif adalah menggunakan cara
berpikir deduktif untuk menjelaskan sesuatu gejala dengan menarik kesimpulan
secara logis dari premis- premis yang ada sebelumnya.
b.
Penjelasan probabilistik adalah penjelasan
secara induktif dari sejumlah kasus dengan tidak memberi kepastian. Penjelasan
bersifat peluang.
c.
Penjelasan fungsional atau teleologis adalah penjelasan
yang meletakkan unsur dalam kaitannya dengan sistem secara keseluruhan yang
mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
d.
Penjelasan genetik adalah menggunakan faktor
yang terjadi sebelumnya dalam menjelaskan gejala yang muncul kemudian.
2.6
Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu
1.
Ilmu dan moral
Ilmu telah membawa manusia untuk memenuhi kebuhan hidup dapat tercapai
dengan mudah dan cepat. Ilmu bukan hanya menguasai alam tetapi juga menerangi sesama
manusia. Manusia cenderung untuk menyesuaikan diri dengan teknologi yang ada
oleh karena sebab itu manusia kehilangan sebagian rasa kemanusiaanya. Ilmu tak
jarang digunakan untuk yang tidak baik seperti pembuatan nuklir, dan sarana
yang memadai untuk perang. Seharusnya masyarakat dapat mempergunakan teknologi
secara baik dan untuk keperluan yang baik bukan untuk disalahgunakan.
Dihadapkan permasalahan moral dalam menghadapi ilmu dan teknologi yang
bersifat merusak, maka ada dua golongan pendapat. Golongan pertama yaitu ilmu
harus bersifat netral terhadap nilai- nilai baik secara ontologi maupun
aksiologi. Pendapat kedua yaitu sikap netral pada ilmu hanya terbatas pada
metafisika keilmuan, sedangkan dalam penggunaan, pemilihan objek penelitian
maka haruslah berlandasakan asas moral. Masalah moral tidak terlepas dengan
tekad manusia untuk mencari kebenaran. Sebab untuk menemukan kebenaran dan
mempertahankan kebenaran diperlukan keberanian moral.
2.
Tanggung jawab sosial ilmuwan
Penciptaan
ilmu bersifat individual tetapi komunikasi dan penggunaan ilmu bersifat sosial.
Seorang ilmuwan mempunyai tanggung jawab sosial yang dipikulnya. Bukan saja
karena dia adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung
di masyarakat namun yang terpenting adalah dia mempunyai fungsi tertentu dalam
kelangsungan hidup bermasyarakat. Seorang keilmuan bertanggung jawab terhadap
produk keilmuan dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Ruang lingkup yang
menjadi tanggung jawab seorang ilmuwan maka hal ini dikembalikan kepada hakikat
ilmu itu sendiri. Sikap sosial seorang ilmuwan adalah konsisten dengan proses
penelaahan keilmuan yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengetahuan dapat diperoleh
melalui berbagai hal diantaranya melalui panca indera. Pengetahuan dapat
dikembangkan menjadi sebuah ilmu jika pengetahuan itu dapat diteliti,
sistematis, dan dapat diuji kebenarannya secara teoritis. Manusia sebagai
makhluk yang bisa berpikir harus bangga terhadap hasil karyanya karena manusia
bisa menciptakan ilmu. Ilmu telah mampu menguasai alam dan juga membantu sesama
manusia. Tetapi ilmu dan teknologi sudah disalahgunakan. Karena ilmu dan
teknologi telah menguasai alam, manusia serakah terhadap alam, mengeksploitasi
alam, mementingkan kepentingan manusia tanpa memperhatikan keseimbangan alam.
Terbukti dengan pemanasan global.
Seharusnya kita sebagai manusia
harus bisa mempergunakan ilmu dan teknologi dengan sebaik- baiknya. Agar bisa
menghargai alam bukan hanya menguasai alam semesta.
DAFTAR PUSTAKA
1.
C. Verhaak dan R. Haryono Imam. 1989. Filsafat
Ilmu Pengetahuan. Jakarta:PT Gramedia.
2.
Dr. Anton Bakker dan Drs. Achmad Charris Zubair.
1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
3.
Jujun S. Suriasumantri. 2009. Filsafat Ilmu.
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
4.
Prof. I.R. Poedjawijatna. 2002. Pembimbing ke
Arah Alam Filsafat. Jakarta: Rineka Cipta.
5.
Sidi Gazalba. 1990. Sistematika Filsafat.
Jakarta : PT Bulan Bintang.