GURU DAN ANAK DIDIK
BAB I
PENDAHULUAN
A. Guru
Anak Didik sebagai Dwitunggal
Guru
dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia
pendidikan. Boleh jadi, diman ada guru di situ ada anak didik yang ingin
belajar dari guru dan begitu juga sebaliknya. Pada hakikatnya, guru dan anak
didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka
boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai “ Dwitunggal” yang kokoh
bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan
seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat
terpisahkan oleh dimensi ruang, waktu, dan jarak. Tidak pula dapat bercerai-
beraikan oleh lautan, daratan, dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap
anak didik. Tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas anak didik” meskipun
suatu waktu guru telah pensiun atau anak didiknya telah mentamatkan jenjang
pendidikan tersebut.
Menjadi
guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang mudah tetapi
yang sulit adalah menjadi guru sebagai tuntutan jiwa. Guru yang mengabdi karena
tuntutan hati nurani mudah lebih dekat dengan anak didik ketimbang mereka yang
menjadi guru sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Figur guru yang mulia adalah
guru yang menyisihkan waktunya untuk kepentingan anak didik, demi membimbing,
mendengarkan keluhan mereka, menasihati jika terjadi kesalahan, berbicara,
bersenda gurau dengan anak didik dan bukan menjaga jarak dengan anak didik.
B. Guru
Mitra Anak Didik dalam Kebaikan
Kegiatan proses
belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa anak
didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam pembahasan ini dipakai istilah Proses Interaksi Edukatif. Semua norma
yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik
melalui peranan guru dalam pengajaran.
Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi
kejiwaan. Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling
membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru
dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah
ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah
dan tujuan, yaitu kebaikan. Maka
tepatlah bila dikatakan bahwa “ guru mitra anak didik dalam kebaikan”
C. Pendekatan
yang Diharapkan dari Guru
Dalam mengajar,
guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan
sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Ada beberapa pendekatan yang
diajukan dalam membantu guru untuk memecahkan permasalahan didalam interaksi
edukatif, yaitu :
1.
Pendekatan Individual
Strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak
didik pada aspek individual. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan
individual. Karena itu, guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan
pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar
anak didik lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual,
walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2.
Pendekatan kelompok
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat
ditumbuhkan dan dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak
didik. Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak
didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik
pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan
dalam melakukan pendekatan kelompok.
3.
Pendekatan bervariasi
Dalam pemilihan metode mengajar sebaiknya mengunakan
pendekatan yang bervariasi. Pengunaan satu metode biasanya membuat jalan
pengajaran menjadi kaku, maka digunakanlah beberapa metode bervariasi dengan
tujuan untuk meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relatif lama.
Permasalahan pada anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang
digunakan pun akan lebih tepat dengan bervariasi juga. Pendekatan bervariasi
bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
dalam bermacam- macam.
4.
Pendekatan edukatif
Pendekatan yang benar bagi seorang guru adalah dengan
melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru
lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial, dan norma agama. Kerawanan
hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi antara guru dengan anak
didik kurang berjalan harmonis.
RANGKUMAN
1. Guru
anak didik sebagai dwitunggal adalah guru dan anak didik itu bersatu. Mereka
satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa
mereka tetap satu sebagai “ Dwitunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh
berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan.
Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat terpisahkan oleh dimensi
ruang, waktu, dan jarak. Tidak pula dapat bercerai- beraikan oleh lautan,
daratan, dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik.
2. Guru
mitra anak didik dalam kebaikan adalah Interaksi antara guru dan anak didik
terjadi karena saling membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba
sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan
memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai
kesamaan langkah dan tujuan, yaitu kebaikan.
3. Pendekatan
yang diharapkan dari guru adalah Pendekatan Individual, Pendekatan kelompok,
pendekatan bervariasi, dan pendekatan edukatif.
4. Pendekatan
individual adalah cara guru untuk memecahkan suatu permasalah kesulitan belajar
anak didik.
5. Pendekatan
kelompok dilakukan agar anak didik dapat menumbuhkan serta mengembangkan aspek
sosial pada diri anak didik tersebut.
6. Pendekatan
bervariasi adalah permasalah anak didik yang harus diselesaikan dengan cara
yang bervariasi juga. Jika terdapat anak didik yang kurang disiplin dengan anak
didik yang suka berbicara maka penyelesaiannya harus berbeda.
7. Pendekatan
edukatif adalah setiap pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru harus bernilai
edukatif baik perbuatan, tindakan dan sikap seorang guru.
Jawablah pertanyaan berikut ini
dengan benar !
1. Guru
merupakan manusia yang . . .
2. Guru
dibedakan menjadi dua yaitu . . .
3. Walaupun
guru dan anak didik terpisah oleh raga tetapi mereka merupakan . . .
4. Guru
dan anak didik berada dalam suatu . . .
5. Sebutkan
pendekatan apa saja yang harus dilakukan seorang guru . . .
6. Tugas
guru bukan hanya mengajar melainkan juga . . .
7. Pendekatan
kelompok dapat menumbuhkan rasa . . .
8. Persoalan
kesulitan belajar mudah dipecahkan dengan cara pendekatan . . .
9. Semua
tindakan, sikap dan perbuatan seorang guru harus bernilai edukatif yaitu dalam
pendekatan . . .
10. Seorang
guru tidak boleh menggunakan teori power. Teori power adalah . . .
Kunci jawaban . . .
1. Manusia
yang mulia.
2. Yaitu
guru yang berdasarkan tuntutan pekerjaan dan berdasarkan tuntutan pekerjaan.
3. Sebagai
dwitunggal.
4. Relasi
kejiwaan.
5. Pendekatan
individual, kelompok, bervariasi dan edukatif.
6. Mendidik
dan membimbing.
7. Rasa
sosial.
8. Pendekatan
individual.
9. Pendekatan
edukatif.
10. Teori
kekuasaan adalah teori untuk menundukkan orang lain.
BAB II
PEMAHAMAN AWAL
MENGENAI INTERAKSI EDUKATIF
A. Makna
Interaksi Edukatif
Interaksi yang
berlangsung disekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi “interaksi yang
bernilai edukatif ”, yakni interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk
mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai
pendidikan disebut sebagai “interaksi edukatif “. Interaksi edukatif harus
menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai
mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif.
Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan.
Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah
antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. (
Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985:47. ). Proses interaksi edukatif adalah suatu
proses yang mengandung sejumlah norma.
B. Interaksi
Belajar Mengajar sebagai Interaksi Edukatif
Dalam interaksi
edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses
interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap,
mental dan perbuatan. Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan keterampilan
proses, anak didik harus lebih aktif daripada guru. Guru hanya bertindak
sebagai pembimbing dan fasilitator. Menurut Dr. Nana Sudjana ( 1989) ada tiga
pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif
yaitu :
·
Komunikasi sebagai aksi
Adalah mengajar dipandang sebagai kegiatan
menyampaikan bahan pelajaran.
·
Dalam komunikasi sebagai interaksi dua arah
Anak didik bisa sebagai penerima aksi atau pemberi
aksi. Guru juga seperti itu. Maka antara guru dan anak didik akan terjadi
dialog.
·
Dalam komunikasi banyak arah
Anak didik dituntut lebih aktif daripada guru.
Jenis
pola interaksi menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1990) yaitu sebagai berikut :
·
Pola guru- anak didik
Adalah komunikasi sebagai aksi ( satu arah )
·
Pola guru- anak didik- guru
Adalah ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi
antar siswa ( komunikasi sebagai interaksi )
·
Pola guru- anak didik- anak didik
Ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu
sama lain.
·
Pola guru- anak didik, anak didik- guru, anak
didik- anak didik
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antra
anak didik dengan anak didik ( komunikasi sebagai transaksi, multi arah )
·
Pola melingkar
Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan
sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap
anak didik belum mendapat giliran.
C. Ciri-
ciri Interaksi Edukatif
ü
Interaksi edukatif mempunyai tujuan
ü
Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk
mencapai tujuan
ü
Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan
materi khusus
ü
Ditandai dengan aktivitas anak didik
ü
Guru berperan sebagai pembimbing
ü
Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
ü
Mempunyai batas waktu
ü
Diakhiri dengan evaluasi
D. Komponen-
komponen Interaksi Edukatif
Sebagai suatu
sistem tentu saja interaksi edukatif mengandung sejumlah komponen yang meliputi
:
1.
Tujuan
Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi
edukatif. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan
pembelajaran akan dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat
menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus
ditinggallkan.
2.
Bahan Pelajaran
Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak
akan berjalan, karena itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan
mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didk. Bahan
pelajaran harus dikuasai oleh guru. Ada dua permasalahan dalam penguasaan bahan
pengajaran yaitu bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan
pelajaran pokok adalah bahan pengajaran yang menyangkut mata pelajaran yang
dipegang guru sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan pengajaran penunjang
adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan guru agar dalam mengajar dapat
menunjang penyampaian bahan pengajaran pokok.
3.
Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas
yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek
biologis, intelektual dan psikologis. Interaksi yang biasanya terjadi didalam
kelas adalah interaksi antara guru dengan anak didik dan interaksi antara anak
didik dengan anak didik ketika pelajaran berlangsung. Disini tentu saja
aktivitas optimal belajar anak didik sangat menentukan kualitas interaksi yang
terjadi di dalam kelas.
4.
Metode
Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah
bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan metode.
Perhatian diarahkan pada pemahaman bahwa ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi penggunaan metode mengajar yaitu tujuan yang berbagai jenis dan
fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan
berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta
pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda- beda.
5.
Alat
Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya
dipergunakan alat nonmaterial dan material. Alat nonmaterial berupa suruhan,
perintah, larangan, nasihat, dan sebagainya. Dan alat material berupa globe,
gambar, lukisan, video, papan tulis, spidol dan sebagainya.
6.
Sumber Pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada dimana-
mana ; di sekolah, di pusat kota, di halaman, pedesaan dan sebagainya.
Pemanfaatan sumber- sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas
guru, biaya, waktu, serta kebijakan lainnya.
7.
Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai
seperangkat instrumen penggali data seperti tes tertulis, tes lisan, dan tes
perbuatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data- data yang
membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan,
memungkinkan guru menilai aktivitas / pengalaman yang didapat dan dinilai
metode mengajar yang diperlukan.
Rangkuman
1. Proses
interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma.
2. Menurut
Dr. Nana Sudjana ( 1989) ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik
dalam proses interaksi edukatif yaitu :
·
Komunikasi sebagai aksi
·
Dalam komunikasi sebagai interaksi dua arah
·
Dalam komunikasi banyak arah
3. Jenis
pola interaksi menurut Drs. Moh. Uzer Usman yaitu sebagai berikut :
·
Pola guru- anak didik
·
Pola guru- anak didik- guru
·
Pola guru- anak didik- anak didik
·
Pola guru- anak didik, anak didik- guru, anak
didik- anak didik
·
Pola melingkar
4. Ciri-
ciri Interaksi Edukatif
ü
Interaksi edukatif mempunyai tujuan
ü
Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk
mencapai tujuan
ü
Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan
materi khusus
ü
Ditandai dengan aktivitas anak didik
ü
Guru berperan sebagai pembimbing
ü
Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
ü
Mempunyai batas waktu
ü
Diakhiri dengan evaluasi
5. Komponen-
komponen Interaksi Edukatif
o
Tujuan
o
Bahan Pelajaran
o
Kegiatan Belajar Mengajar
o
Metode
o
Alat
o
Sumber Pelajaran
o
Evaluasi
Jawablah pertanyaan berikut ini
dengan benar !
1. Apa
pengertian interaksi edukatif menurut Abu Achmadi dan Shuyadi . . .
2. Pendapat
Dr. Nana Sudjana mengenai pola komunikasi antara guru dan anak didik sependapat
dengan pendapat Drs. Moh. Uzer Usman karena . . .
3. Komunikasi
sebagai aksi adalah . . .
4. Pola
melingkar adalah . . .
5. Salah
satu ciri- ciri interaksi edukatif adalah ditandai dengan aktivitas anak didik
berupa . . .
6. Disiplin
dalam interaksi edukatif adalah . . .
7. Bahan
pelajaran pokok adalah . . .
8. Alat
yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah . . .
9. Pelaksanaan
evaluasi dapat berupa . . .
10. Tujuan
evaluasi adalah . . .
Kunci jawaban. . .
1. Interaksi
edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak
didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
2. Karena
keduanya sependapat bahwa kegiatan interaksi belajar mengajar sangat beraneka
ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan
mandiri yang dilakukan oleh anak didik.
3. Mengajar
dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pengajaran.
4. Setiap
anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak
diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat
giliran.
5. Aktivitas
anak didik mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif baik secara fisik
maupun mental yang sesuai dengan konsep CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ).
6. Suatu pola tingkah laku yang diatur menurut
ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak
didik.
7. Bahan
pelajaran pokok adalah bahan pengajaran yang menyangkut mata pelajaran yang
dipegang guru sesuai dengan profesinya.
8. Alat
nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan sebagainya. Dan
alat material berupa globe, gambar, lukisan, video, papan tulis, spidol dan
sebagainya.
9. Tes
tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan
10. Tujuan
evaluasi adalah untuk mengumpulkan data- data yang membuktikan taraf kemajuan
anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai
aktivitas / pengalaman yang didapat dan dinilai metode mengajar yang
diperlukan.
BAB III
TUJUAN DALAM RANGKA
INTERAKSI EDUKATIF
A. Landasan
Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia
Tujuan
pendidikan nasional yang telah dirumuskan itu berdasarkan Pancasila dan UUD
1945. Pancasila sebagi landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan
konstitusional. Dalam UUD 1945 Bab XIII, Pasal 31 disebutkan bahwa (1) Tiap-
tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran; (2) Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-
undang. Dalam pendidikan Indonesia yang berasaskan pendidikan seumur hidup,
semua materi pelajaran harus diprogramkan secara sistematis dan berencana dalam
setiap jenis dan jenjang pendidikan untuk mengembangkan budaya bangsa.
B. Hierarki
Tujuan Pendidikan dan Pengajaran
Tujuan
pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan dan disusun menurut hierarki yaitu :
1.
Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang-
Undang RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal
4 yang berbunyi : “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa den berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
2.
Tujuan Institusional
Tujuan institusional ini tercantum dalam kurikulum
sekolah/lembaga pendidikan dan menggambarkan secara umum anak didik yang
dihasilkan setelah anak didik menyelesaikan belajarnya di suatu sekolah. Setiap
jenis dan tingkatan lembaga pendidikan yang berbeda akan menghasilkan anak
didik yang berbeda pula.
3.
Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler disebut juga tujuan kurikulum yaitu
tujuan yang ingin dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang-bidang studi.
Hasil pencapaiannya akan berwujud anak didik yang menguasi disiplin mata
pelajaran yang telah dipelajarinya.
4.
Tujuan Instruktisional
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran adalah
tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Tujuan
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan instruksional umum
(TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan instruksional umum untuk
tiap- tiap pokok bahasan telah dirumuskan, sehingga memudahkan guru untuk
merumuskan tujuan instruksional khusus. Ada beberapa syarat yang patut
diperhatikan guru dalam merumuskan TIK yaitu :
o
Menggunakan istilah- istilah yang operasional
o
Harus dalam bentuk hasil ( produk ) belajar
(tekanannya pada perubahan tingkah laku anak didik )
o
Harus berbentuk tingkah laku anak didik
o
Harus meliputi satu jenis tingkah laku.
o
Harus jelas batas atau tingkat kemampuan /
tingkah laku yang dituntut dari anak didik.
Hasil
pencapaiannya berwujud anak didik yang secara bertahap terbentuk wataknya,
kemampuan berpikir, dan keterampilan teknologinya.
C. Arti
Penting Tujuan dalam Interaksi Edukatif
Tujuan interaksi
edukatif adalah agar anak didik menjadi manusia yang dewasa susila. Dengan kata
yang sederhana, agar terjadi perubahan dalam diri anak didik setelah mereka
melakukan kegiatan belajar. Tujuan menepati posisi yang strategis dalam
kegiatan interaksi edukatif. Nilai strategis itu adalah bahwa tujuan dapat
memberikan arah kegiatan interaksi edukatif, membantu memudahkan menyeleksi
bahan pengajaran yang akan disampaikan, memudahkan menyeleksi metode yang akan
digunakan, memudahkan menyeleksi media dan alat bantu pengajaran, menolong
meyeleksi sikap, tingkah laku, dan perbuatan guru, memudahkan menyeleksi
kemampuan yang diinginkan dari anak didik, memudahkan memberikan penilaian, dan
memudahkan menggorganisasikan kegiatan- kegiatan untuk mencapai tujuan
pengajaran.
D. Tujuan
dan Kepribadian Anak Didik
Pemerintah
Indonesia telah menggariskan dasar- dasar dan tujuan pendidikan dan
pengajarannya dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1945, terutama Pasal 3 dan 4
yang berbunyi :
Pasal 3 : Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk
manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pasal 4 : Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas- asas
yang termaktub dalam Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia,
dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Apabila diteliti apa yang
tercantum pada kedua pasal tersebut, maka yang menjadi tugas guru
adalah :
1)
Membentuk manusia susila;
2)
Membentuk manusia susila yang cakap;
3)
Membentuk warga Negara
4)
Membentuk warga Negara yang demokratis; dan
5)
Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab
pada kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pribadi
dewasa susila menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1)
Memahami, mengerti, dan mencintai dirinya ( individualitas
)
2)
Memahami, mengerti dan mencintai orang lain (
sosialitas )
3)
Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai-
nilai kemanusiaan
4)
Bertindak, berbuat sesuai dengan norma
kesusilaan, nilai- nilai hidup atas tanggung jawabnya sendiri demi kebahagiaan
dirinya dan kebahagiaan masyarakat, orang lain (moralitas )
Untuk
menciptakan anak didik (manusia) dewasa susila, guru harus memiliki kepribadian
dewasa susila. Guru jangan hanya mengajar, tetapi dia harus mendidik. Mengajar
lebih cenderung menjadikan anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu
pengetahuan saja, tetapi jiwa dan anak didik tidak dibangun dan dibina. Untuk
membentuk jiwa dan watak anak didik, mendidiklah jawabannya, karena mendidik
adalah kegiatan transfer of values,
memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik.
Rangkuman
1. Tujuan
pendidikan nasional yang telah dirumuskan itu berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
2. Tujuan
pendidikan nasional tercantum dalam Undang- Undang RI No.2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 4.
3. Tujuan
institusional ini tercantum dalam kurikulum sekolah/lembaga pendidikan dan
menggambarkan secara umum anak didik yang dihasilkan setelah anak didik
menyelesaikan belajarnya di suatu sekolah.
4. Tujuan
kurikuler disebut juga tujuan kurikulum yaitu tujuan yang ingin dicapai pada
tingkat mata pelajaran atau bidang-bidang studi.
5. Tujuan
instruksional atau tujuan pembelajaran adalah tujuan pendidikan yang ingin
dicapai pada tingkat pengajaran.
6. Tujuan
interaksi edukatif adalah agar anak didik menjadi manusia yang dewasa susila.
7. Pemerintah
Indonesia telah menggariskan dasar- dasar dan tujuan pendidikan dan
pengajarannya dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1945, terutama Pasal 3 dan 4.
Jawablah pertanyaan berikut ini
dengan benar !
1. Tujuan
pendidikan nasional bedasarkan pada . . .
2. Undang-
Undang RI No.2 tahun 1989 pada bab II pasal 4 berbunyi . . .
3. Tujuan
kurikuler adalah . . .
4. Hasil
pencapaian dari tujuan institusional
adalah . . .
5. Tujuan
pembelajaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu . . .
6. Syarat
yang harus diperhatikan seorang guru dalam merumuskan TIK yaitu . . .
7. Tujuan
interaksi edukatif adalah . . .
8. Dasar-
dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran tercantum UU no. 12 tahun 1945 dalam
pasal . . .
9. Tugus
guru yang terdapat dalam UU no.12 tahun 1945 pasal 3 dan pasal 4 adalah . . .
10. Sebutkan
pribadi dewasa susila menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan adalah . . .
Kunci jawaban . . .
1. Berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945.
2. Undang-
Undang RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal
4 yang berbunyi : “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa den berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
3. Tujuan
kurikuler disebut juga tujuan kurikulum yaitu tujuan yang ingin dicapai pada
tingkat mata pelajaran atau bidang-bidang studi.
4. Hasil
pencapaiannya berwujud anak didik yang secara bertahap terbentuk wataknya,
kemampuan berpikir, dan keterampilan teknologinya.
5. Tujuan
pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan instruksional umum
(TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
6. Ada
beberapa syarat yang patut diperhatikan guru dalam merumuskan TIK yaitu :
o
Menggunakan istilah- istilah yang operasional
o
Harus dalam bentuk hasil ( produk ) belajar
(tekanannya pada perubahan tingkah laku anak didik )
o
Harus berbentuk tingkah laku anak didik
o
Harus meliputi satu jenis tingkah laku.
o
Harus jelas batas atau tingkat kemampuan /
tingkah laku yang dituntut dari anak didik.
7. Tujuan
interaksi edukatif adalah agar anak didik menjadi manusia yang dewasa susila.
8. Dasar-
dasar dan tujuan pendidikan dan pengajarannya dalam Undang- Undang Nomor 12
Tahun 1945, terutama Pasal 3 dan 4.
9. Tugas
guru adalah Membentuk manusia susila; Membentuk manusia susila yang cakap;
Membentuk warga Negara; Membentuk warga Negara yang demokratis; dan Membentuk
warga Negara yang bertanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat dan tanah
air.
10. Pribadi
dewasa susila menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan memiliki karakteristik
sebagai berikut :
o
Memahami, mengerti, dan mencintai dirinya (
individualitas )
o
Memahami, mengerti dan mencintai orang lain (
sosialitas )
o
Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai-
nilai kemanusiaan
o
Bertindak, berbuat sesuai dengan norma
kesusilaan, nilai- nilai hidup atas tanggung jawabnya sendiri demi kebahagiaan
dirinya dan kebahagiaan masyarakat, orang lain (moralitas )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar