Senin, 27 Mei 2013

Belajar Pembelajaran


GURU DAN ANAK DIDIK

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Guru Anak Didik sebagai Dwitunggal
Guru dan anak didik adalah dua sosok manusia yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Boleh jadi, diman ada guru di situ ada anak didik yang ingin belajar dari guru dan begitu juga sebaliknya. Pada hakikatnya, guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai “ Dwitunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat terpisahkan oleh dimensi ruang, waktu, dan jarak. Tidak pula dapat bercerai- beraikan oleh lautan, daratan, dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik. Tidak ada istilah “bekas guru” dan “bekas anak didik” meskipun suatu waktu guru telah pensiun atau anak didiknya telah mentamatkan jenjang pendidikan tersebut.  
Menjadi guru berdasarkan tuntutan pekerjaan adalah suatu pekerjaan yang mudah tetapi yang sulit adalah menjadi guru sebagai tuntutan jiwa. Guru yang mengabdi karena tuntutan hati nurani mudah lebih dekat dengan anak didik ketimbang mereka yang menjadi guru sesuai dengan tuntutan pekerjaan. Figur guru yang mulia adalah guru yang menyisihkan waktunya untuk kepentingan anak didik, demi membimbing, mendengarkan keluhan mereka, menasihati jika terjadi kesalahan, berbicara, bersenda gurau dengan anak didik dan bukan menjaga jarak dengan anak didik.

B.      Guru Mitra Anak Didik dalam Kebaikan
Kegiatan proses belajar mengajar tidak lain adalah menanamkan sejumlah norma ke dalam jiwa anak didik. Itulah sebabnya kegiatan ini di dalam pembahasan ini dipakai istilah Proses Interaksi Edukatif. Semua norma yang diyakini mengandung kebaikan perlu ditanamkan ke dalam jiwa anak didik melalui peranan guru dalam pengajaran. Guru dan anak didik berada dalam suatu relasi kejiwaan. Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah dan tujuan, yaitu kebaikan. Maka tepatlah bila dikatakan bahwa “ guru mitra anak didik dalam kebaikan”
C.      Pendekatan yang Diharapkan dari Guru
Dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak didik. Ada beberapa pendekatan yang diajukan dalam membantu guru untuk memecahkan permasalahan didalam interaksi edukatif, yaitu :
1.       Pendekatan Individual
Strategi pengajaran harus memperhatikan perbedaan anak didik pada aspek individual. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan individual. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan pendekatan individual. Karena itu, guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan kesulitan belajar anak didik lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
2.       Pendekatan kelompok
Dengan pendekatan kelompok diharapkan dapat ditumbuhkan dan dikembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Dalam pengelolaan kelas, terutama yang berhubungan dengan penempatan anak didik, pendekatan kelompok sangat diperlukan. Perbedaan individual anak didik pada aspek biologis, intelektual, dan psikologis dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan pendekatan kelompok.
3.       Pendekatan bervariasi
Dalam pemilihan metode mengajar sebaiknya mengunakan pendekatan yang bervariasi. Pengunaan satu metode biasanya membuat jalan pengajaran menjadi kaku, maka digunakanlah beberapa metode bervariasi dengan tujuan untuk meningkatkan konsentrasi anak didik dalam waktu yang relatif lama. Permasalahan pada anak didik biasanya bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan bervariasi juga. Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam bermacam- macam.
4.       Pendekatan edukatif
Pendekatan yang benar bagi seorang guru adalah dengan melakukan pendekatan edukatif. Setiap tindakan, sikap, dan perbuatan yang guru lakukan harus bernilai pendidikan, dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial, dan norma agama. Kerawanan hubungan guru dengan anak didik disebabkan komunikasi antara guru dengan anak didik kurang berjalan harmonis.
RANGKUMAN

1.       Guru anak didik sebagai dwitunggal adalah guru dan anak didik itu bersatu. Mereka satu dalam jiwa, terpisah dalam raga. Raga mereka boleh terpisah, tetapi jiwa mereka tetap satu sebagai “ Dwitunggal” yang kokoh bersatu. Posisi mereka boleh berbeda, tetapi tetap seiring dan setujuan, bukan seiring tapi tidak setujuan. Kesatuan jiwa guru dengan anak didik tidak dapat terpisahkan oleh dimensi ruang, waktu, dan jarak. Tidak pula dapat bercerai- beraikan oleh lautan, daratan, dan udara. Guru tetap guru dan anak didik tetap anak didik.
2.       Guru mitra anak didik dalam kebaikan adalah Interaksi antara guru dan anak didik terjadi karena saling membutuhkan. Anak didik ingin belajar dengan menimba sejumlah ilmu dari guru dan guru ingin membina dan membimbing anak didik dengan memberikan sejumlah ilmu kepada anak didik yang membutuhkan. Keduanya mempunyai kesamaan langkah dan tujuan, yaitu kebaikan.
3.       Pendekatan yang diharapkan dari guru adalah Pendekatan Individual, Pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, dan pendekatan edukatif.
4.       Pendekatan individual adalah cara guru untuk memecahkan suatu permasalah kesulitan belajar anak didik.
5.       Pendekatan kelompok dilakukan agar anak didik dapat menumbuhkan serta mengembangkan aspek sosial pada diri anak didik tersebut.
6.       Pendekatan bervariasi adalah permasalah anak didik yang harus diselesaikan dengan cara yang bervariasi juga. Jika terdapat anak didik yang kurang disiplin dengan anak didik yang suka berbicara maka penyelesaiannya harus berbeda.
7.       Pendekatan edukatif adalah setiap pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru harus bernilai edukatif baik perbuatan, tindakan dan sikap seorang guru.





Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar !
1.       Guru merupakan manusia yang . . .
2.       Guru dibedakan menjadi dua yaitu . . .
3.       Walaupun guru dan anak didik terpisah oleh raga tetapi mereka merupakan . . .
4.       Guru dan anak didik berada dalam suatu . . .
5.       Sebutkan pendekatan apa saja yang harus dilakukan seorang guru . . .
6.       Tugas guru bukan hanya mengajar melainkan juga . . .
7.       Pendekatan kelompok dapat menumbuhkan rasa . . .
8.       Persoalan kesulitan belajar mudah dipecahkan dengan cara pendekatan . . .
9.       Semua tindakan, sikap dan perbuatan seorang guru harus bernilai edukatif yaitu dalam pendekatan . . .
10.   Seorang guru tidak boleh menggunakan teori power. Teori power adalah . . .


















Kunci jawaban . . .
1.       Manusia yang mulia.
2.       Yaitu guru yang berdasarkan tuntutan pekerjaan dan berdasarkan tuntutan pekerjaan.
3.       Sebagai dwitunggal.
4.       Relasi kejiwaan.
5.       Pendekatan individual, kelompok, bervariasi dan edukatif.
6.       Mendidik dan membimbing.
7.       Rasa sosial.
8.       Pendekatan individual.
9.       Pendekatan edukatif.
10.   Teori kekuasaan adalah teori untuk menundukkan orang lain.




















BAB II
PEMAHAMAN AWAL MENGENAI INTERAKSI EDUKATIF
A.      Makna Interaksi Edukatif
Interaksi yang berlangsung disekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi “interaksi yang bernilai edukatif ”, yakni interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai pendidikan disebut sebagai “interaksi edukatif “. Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan. ( Abu Achmadi dan Shuyadi, 1985:47. ). Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma.
B.      Interaksi Belajar Mengajar sebagai Interaksi Edukatif
Dalam interaksi edukatif unsur guru dan anak didik harus aktif, tidak mungkin terjadi proses interaksi edukatif bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam arti sikap, mental dan perbuatan. Dalam sistem pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses, anak didik harus lebih aktif daripada guru. Guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Menurut Dr. Nana Sudjana ( 1989) ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif yaitu :
·         Komunikasi sebagai aksi
Adalah mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
·         Dalam komunikasi sebagai interaksi dua arah
Anak didik bisa sebagai penerima aksi atau pemberi aksi. Guru juga seperti itu. Maka antara guru dan anak didik akan terjadi dialog.
·         Dalam komunikasi banyak arah
Anak didik dituntut lebih aktif daripada guru.
                Jenis pola interaksi menurut Drs. Moh. Uzer Usman (1990) yaitu sebagai berikut :
·         Pola guru- anak didik
Adalah komunikasi sebagai aksi ( satu arah )
·         Pola guru- anak didik- guru
Adalah ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa ( komunikasi sebagai interaksi )
·         Pola guru- anak didik- anak didik
Ada balikan bagi guru, anak didik saling belajar satu sama lain.
·         Pola guru- anak didik, anak didik- guru, anak didik- anak didik
Interaksi optimal antara guru dan anak didik dan antra anak didik dengan anak didik ( komunikasi sebagai transaksi, multi arah )
·         Pola melingkar
Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.
C.      Ciri- ciri Interaksi Edukatif
ü  Interaksi edukatif mempunyai tujuan
ü  Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan
ü  Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
ü  Ditandai dengan aktivitas anak didik
ü  Guru berperan sebagai pembimbing
ü  Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
ü  Mempunyai batas waktu
ü  Diakhiri dengan evaluasi
D.      Komponen- komponen Interaksi Edukatif
Sebagai suatu sistem tentu saja interaksi edukatif mengandung sejumlah komponen yang meliputi :
1.       Tujuan
Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Tujuan dapat memberikan arah yang jelas dan pasti kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Dengan berpedoman pada tujuan guru dapat menyeleksi tindakan mana yang harus dilakukan dan tindakan mana yang harus ditinggallkan.
2.       Bahan Pelajaran
Tanpa bahan pelajaran proses interaksi edukatif tidak akan berjalan, karena itu, guru yang akan mengajar pasti mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada anak didk. Bahan pelajaran harus dikuasai oleh guru. Ada dua permasalahan dalam penguasaan bahan pengajaran yaitu bahan pelajaran pokok dan bahan pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok adalah bahan pengajaran yang menyangkut mata pelajaran yang dipegang guru sesuai dengan profesinya. Sedangkan bahan pengajaran penunjang adalah bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan guru agar dalam mengajar dapat menunjang penyampaian bahan pengajaran pokok.
3.       Kegiatan Belajar Mengajar
Dalam pengelolaan pengajaran dan pengelolaan kelas yang perlu diperhatikan oleh guru adalah perbedaan anak didik pada aspek biologis, intelektual dan psikologis. Interaksi yang biasanya terjadi didalam kelas adalah interaksi antara guru dengan anak didik dan interaksi antara anak didik dengan anak didik ketika pelajaran berlangsung. Disini tentu saja aktivitas optimal belajar anak didik sangat menentukan kualitas interaksi yang terjadi di dalam kelas.
4.        Metode
Sebagai seorang guru tentu saja tidak boleh lengah bahwa ada beberapa hal yang patut diperhatikan dalam penggunaan metode. Perhatian diarahkan pada pemahaman bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan metode mengajar yaitu tujuan yang berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda- beda.
5.       Alat
Dalam kegiatan interaksi edukatif biasanya dipergunakan alat nonmaterial dan material. Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan sebagainya. Dan alat material berupa globe, gambar, lukisan, video, papan tulis, spidol dan sebagainya.
6.       Sumber Pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali, ada dimana- mana ; di sekolah, di pusat kota, di halaman, pedesaan dan sebagainya. Pemanfaatan sumber- sumber pengajaran tersebut tergantung pada kreativitas guru, biaya, waktu, serta kebijakan lainnya. 
7.       Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrumen penggali data seperti tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data- data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai aktivitas / pengalaman yang didapat dan dinilai metode mengajar yang diperlukan.



















Rangkuman
1.       Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma.
2.       Menurut Dr. Nana Sudjana ( 1989) ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses interaksi edukatif yaitu :
·         Komunikasi sebagai aksi
·         Dalam komunikasi sebagai interaksi dua arah
·         Dalam komunikasi banyak arah
3.       Jenis pola interaksi menurut Drs. Moh. Uzer Usman yaitu sebagai berikut :
·         Pola guru- anak didik
·         Pola guru- anak didik- guru
·         Pola guru- anak didik- anak didik
·         Pola guru- anak didik, anak didik- guru, anak didik- anak didik
·         Pola melingkar
4.       Ciri- ciri Interaksi Edukatif
ü  Interaksi edukatif mempunyai tujuan
ü  Mempunyai prosedur yang direncanakan untuk mencapai tujuan
ü  Interaksi edukatif ditandai dengan penggarapan materi khusus
ü  Ditandai dengan aktivitas anak didik
ü  Guru berperan sebagai pembimbing
ü  Interaksi edukatif membutuhkan disiplin
ü  Mempunyai batas waktu
ü  Diakhiri dengan evaluasi
5.       Komponen- komponen Interaksi Edukatif
o   Tujuan
o   Bahan Pelajaran
o   Kegiatan Belajar Mengajar
o   Metode
o   Alat
o   Sumber Pelajaran
o   Evaluasi

Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar !
1.       Apa pengertian interaksi edukatif menurut Abu Achmadi dan Shuyadi . . .
2.       Pendapat Dr. Nana Sudjana mengenai pola komunikasi antara guru dan anak didik sependapat dengan pendapat Drs. Moh. Uzer Usman karena . . .
3.       Komunikasi sebagai aksi adalah . . .
4.       Pola melingkar adalah . . .
5.       Salah satu ciri- ciri interaksi edukatif adalah ditandai dengan aktivitas anak didik berupa . . .
6.       Disiplin dalam interaksi edukatif adalah . . .
7.       Bahan pelajaran pokok adalah . . .
8.       Alat yang digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran adalah . . .
9.       Pelaksanaan evaluasi dapat berupa . . .
10.   Tujuan evaluasi adalah . . .













Kunci jawaban. . .
1.       Interaksi edukatif adalah suatu gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.
2.       Karena keduanya sependapat bahwa kegiatan interaksi belajar mengajar sangat beraneka ragam coraknya, mulai dari kegiatan yang didominasi oleh guru sampai kegiatan mandiri yang dilakukan oleh anak didik.
3.       Mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pengajaran.
4.       Setiap anak didik mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap anak didik belum mendapat giliran.
5.       Aktivitas anak didik mutlak bagi berlangsungnya interaksi edukatif baik secara fisik maupun mental yang sesuai dengan konsep CBSA ( Cara Belajar Siswa Aktif ).
6.        Suatu pola tingkah laku yang diatur menurut ketentuan yang sudah ditaati dengan sadar oleh pihak guru maupun pihak anak didik.
7.       Bahan pelajaran pokok adalah bahan pengajaran yang menyangkut mata pelajaran yang dipegang guru sesuai dengan profesinya.
8.       Alat nonmaterial berupa suruhan, perintah, larangan, nasihat, dan sebagainya. Dan alat material berupa globe, gambar, lukisan, video, papan tulis, spidol dan sebagainya.
9.       Tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan
10.   Tujuan evaluasi adalah untuk mengumpulkan data- data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai aktivitas / pengalaman yang didapat dan dinilai metode mengajar yang diperlukan.







BAB III
TUJUAN DALAM RANGKA INTERAKSI EDUKATIF
A.      Landasan Pendidikan dan Pengajaran di Indonesia
Tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan itu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagi landasan idiil dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional. Dalam UUD 1945 Bab XIII, Pasal 31 disebutkan bahwa (1) Tiap- tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran; (2) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang- undang. Dalam pendidikan Indonesia yang berasaskan pendidikan seumur hidup, semua materi pelajaran harus diprogramkan secara sistematis dan berencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan untuk mengembangkan budaya bangsa.
B.      Hierarki Tujuan Pendidikan dan Pengajaran
Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan dan disusun menurut hierarki yaitu :
1.       Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang- Undang RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 4 yang berbunyi : “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa den berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
2.       Tujuan Institusional
Tujuan institusional ini tercantum dalam kurikulum sekolah/lembaga pendidikan dan menggambarkan secara umum anak didik yang dihasilkan setelah anak didik menyelesaikan belajarnya di suatu sekolah. Setiap jenis dan tingkatan lembaga pendidikan yang berbeda akan menghasilkan anak didik yang berbeda pula.
3.       Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler disebut juga tujuan kurikulum yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang-bidang studi. Hasil pencapaiannya akan berwujud anak didik yang menguasi disiplin mata pelajaran yang telah dipelajarinya.


4.       Tujuan Instruktisional
Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran. Tujuan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK). Tujuan instruksional umum untuk tiap- tiap pokok bahasan telah dirumuskan, sehingga memudahkan guru untuk merumuskan tujuan instruksional khusus. Ada beberapa syarat yang patut diperhatikan guru dalam merumuskan TIK yaitu :
o   Menggunakan istilah- istilah yang operasional
o   Harus dalam bentuk hasil ( produk ) belajar (tekanannya pada perubahan tingkah laku anak didik )
o   Harus berbentuk tingkah laku anak didik
o   Harus meliputi satu jenis tingkah laku.
o   Harus jelas batas atau tingkat kemampuan / tingkah laku yang dituntut dari anak didik.
Hasil pencapaiannya berwujud anak didik yang secara bertahap terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan keterampilan teknologinya.
C.      Arti Penting Tujuan dalam Interaksi Edukatif
Tujuan interaksi edukatif adalah agar anak didik menjadi manusia yang dewasa susila. Dengan kata yang sederhana, agar terjadi perubahan dalam diri anak didik setelah mereka melakukan kegiatan belajar. Tujuan menepati posisi yang strategis dalam kegiatan interaksi edukatif. Nilai strategis itu adalah bahwa tujuan dapat memberikan arah kegiatan interaksi edukatif, membantu memudahkan menyeleksi bahan pengajaran yang akan disampaikan, memudahkan menyeleksi metode yang akan digunakan, memudahkan menyeleksi media dan alat bantu pengajaran, menolong meyeleksi sikap, tingkah laku, dan perbuatan guru, memudahkan menyeleksi kemampuan yang diinginkan dari anak didik, memudahkan memberikan penilaian, dan memudahkan menggorganisasikan kegiatan- kegiatan untuk mencapai tujuan pengajaran.
D.      Tujuan dan Kepribadian Anak Didik
Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar- dasar dan tujuan pendidikan dan pengajarannya dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1945, terutama Pasal 3 dan 4 yang berbunyi :
Pasal 3 :                Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pasal 4 :                Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas- asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia, dan atas kebudayaan kebangsaan Indonesia.

Apabila diteliti apa yang tercantum pada kedua pasal tersebut, maka yang menjadi tugas guru
adalah :
1)      Membentuk manusia susila;
2)      Membentuk manusia susila yang cakap;
3)      Membentuk warga Negara
4)      Membentuk warga Negara yang demokratis; dan
5)      Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
Pribadi dewasa susila menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan memiliki karakteristik sebagai berikut :
1)      Memahami, mengerti, dan mencintai dirinya ( individualitas )
2)      Memahami, mengerti dan mencintai orang lain ( sosialitas )
3)      Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai- nilai kemanusiaan
4)      Bertindak, berbuat sesuai dengan norma kesusilaan, nilai- nilai hidup atas tanggung jawabnya sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat, orang lain (moralitas )
Untuk menciptakan anak didik (manusia) dewasa susila, guru harus memiliki kepribadian dewasa susila. Guru jangan hanya mengajar, tetapi dia harus mendidik. Mengajar lebih cenderung menjadikan anak didik menjadi orang yang pandai tentang ilmu pengetahuan saja, tetapi jiwa dan anak didik tidak dibangun dan dibina. Untuk membentuk jiwa dan watak anak didik, mendidiklah jawabannya, karena mendidik adalah kegiatan transfer of values, memindahkan sejumlah nilai kepada anak didik.

Rangkuman
1.       Tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan itu berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2.       Tujuan pendidikan nasional tercantum dalam Undang- Undang RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 4.
3.       Tujuan institusional ini tercantum dalam kurikulum sekolah/lembaga pendidikan dan menggambarkan secara umum anak didik yang dihasilkan setelah anak didik menyelesaikan belajarnya di suatu sekolah.
4.       Tujuan kurikuler disebut juga tujuan kurikulum yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang-bidang studi.
5.       Tujuan instruksional atau tujuan pembelajaran adalah tujuan pendidikan yang ingin dicapai pada tingkat pengajaran.
6.       Tujuan interaksi edukatif adalah agar anak didik menjadi manusia yang dewasa susila.
7.       Pemerintah Indonesia telah menggariskan dasar- dasar dan tujuan pendidikan dan pengajarannya dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1945, terutama Pasal 3 dan 4.












Jawablah pertanyaan berikut ini dengan benar !
1.       Tujuan pendidikan nasional bedasarkan pada . . .
2.       Undang- Undang RI No.2 tahun 1989 pada bab II pasal 4 berbunyi . . .
3.       Tujuan kurikuler adalah . . .
4.       Hasil pencapaian dari tujuan institusional  adalah . . .
5.       Tujuan pembelajaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu . . .
6.       Syarat yang harus diperhatikan seorang guru dalam merumuskan TIK yaitu . . .
7.       Tujuan interaksi edukatif adalah . . .
8.       Dasar- dasar dan tujuan pendidikan dan pengajaran tercantum UU no. 12 tahun 1945 dalam pasal . . .
9.       Tugus guru yang terdapat dalam UU no.12 tahun 1945 pasal 3 dan pasal 4 adalah . . .
10.   Sebutkan pribadi dewasa susila menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan adalah . . .













Kunci jawaban . . .
1.       Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
2.       Undang- Undang RI No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab II Pasal 4 yang berbunyi : “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa den berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.”
3.       Tujuan kurikuler disebut juga tujuan kurikulum yaitu tujuan yang ingin dicapai pada tingkat mata pelajaran atau bidang-bidang studi.
4.       Hasil pencapaiannya berwujud anak didik yang secara bertahap terbentuk wataknya, kemampuan berpikir, dan keterampilan teknologinya.
5.       Tujuan pembelajaran dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional khusus (TIK).
6.       Ada beberapa syarat yang patut diperhatikan guru dalam merumuskan TIK yaitu :
o   Menggunakan istilah- istilah yang operasional
o   Harus dalam bentuk hasil ( produk ) belajar (tekanannya pada perubahan tingkah laku anak didik )
o   Harus berbentuk tingkah laku anak didik
o   Harus meliputi satu jenis tingkah laku.
o   Harus jelas batas atau tingkat kemampuan / tingkah laku yang dituntut dari anak didik.
7.       Tujuan interaksi edukatif adalah agar anak didik menjadi manusia yang dewasa susila.
8.       Dasar- dasar dan tujuan pendidikan dan pengajarannya dalam Undang- Undang Nomor 12 Tahun 1945, terutama Pasal 3 dan 4.
9.       Tugas guru adalah Membentuk manusia susila; Membentuk manusia susila yang cakap; Membentuk warga Negara; Membentuk warga Negara yang demokratis; dan Membentuk warga Negara yang bertanggung jawab pada kesejahteraan masyarakat dan tanah air.
10.   Pribadi dewasa susila menurut Wens Tanlain dan kawan- kawan memiliki karakteristik sebagai berikut :
o   Memahami, mengerti, dan mencintai dirinya ( individualitas )
o   Memahami, mengerti dan mencintai orang lain ( sosialitas )
o   Menyadari, memiliki norma kesusilaan dan nilai- nilai kemanusiaan
o   Bertindak, berbuat sesuai dengan norma kesusilaan, nilai- nilai hidup atas tanggung jawabnya sendiri demi kebahagiaan dirinya dan kebahagiaan masyarakat, orang lain (moralitas )


Tidak ada komentar:

Posting Komentar