HAKIKAT
PENDIDIKAN
Memasuki millenium ketiga,
berbagai perubahan terjadi sangat pesat. Ciri utama perubahan yang sedang
terjadi ialah pesatnya perubahan budaya, sehingga dampaknya institusi
pendidikan mulai diragukan keberadaannya.
Perubahan yang dikemukakan di
atas, pada dasarnya didorong oleh tiga faktor utama, yaitu :
ü Perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi
ü Kependudukan
ü Faktor
ekologi dan lingkungan hidup
Perubahan yang sangat mendalam
dan pesat mengharuskan manusia belajar hidup dengan perubahan terus menerus,
dengan ketidakpastian, dan dengan ketidakmampuan untuk memperhitungkan apa yang
akan terjadi ( unpredictability ).
Persoalan yang dihadapi manusia dan kemanusiaan itu tak pelak juga melibatkan
persoalan pendidikan di dalamnya, yaitu sejauh mana pendidikan mampu berperan
mengantisipasi dan mengatasi persoalan itu. Oleh karena itu, pendidikan
memegang kekuatan sentral dalam proses pembangunan dan kemajuan dalam
menanggapi tantangan masa depan.
Menyadari peran penting
pendidikan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami terlebih
dahulu hakikat pendidikan. Pemahaman Hakikat pendidikan akan menyebabkan kita
memahami peran, mendudukkannya, dan menilai pendidikan secara proporsional.
A.
PENDIDIKAN
Hampir
setiap orang pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak setiap orang mengerti
makna kata pendidikan, pendidik, dan mendidik. Untuk memahami pendidikan, ada
dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni
kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan ( Purwanto, 1995 :3 ). Oleh
karena itu, tidaklah mengherankan apabila pedagogic
( pedagogics ) atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis
tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai
kedewasaan ( Rasyidin, 2007 :34 )
Secara
estimologik, perkataan paedagogie berasal
dari bahasa yunani, yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paidagogos adalah hamba atau orang yang
pekerjaannya menghantar dan mengambil budak- budak pulang pergi atau antar
jemput sekolah. Perkataan “ paida “
merujuk kepada kanak- kanak, yang menjadikan sebab mengapa sebagian orang
cenderung membedakan antara pedagogi (mengajar
kanak-kanak) dan andragogi (mengajar
orang dewasa).
Perkataan
untuk pedagogi yang juga berasal dari
bahasa yunani kuno juga dapat dipahami dari kata “ paid “ yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing. Apa yang dipraktikkan
dalam pendidikan selama ini adalah pedagogi,
yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidik anak- anak ( Muis
Sad Imam, 2004: 5 )
Dalam
realitas di dunia pendidikan pedagogi modern membagi fungsi pembelajaran
menjadi tiga area ( menurut Taksonomi Bloom ) yakni :
1.
Bidang kognitif, yakni yang berkenaan dengan
aktivitas mental, seperti ingatan pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan
mencipta
2.
Bidang afektif, yakni berkenaan dengan sikap dan
rahasia diri
3.
Bidang psikomotor, yakni yang berkenaan dengan
aktivitas fisik seperti keterampilan hidup dan pertukangan.
Ketiga
area tersebut kelihatannya memiliki sifat yang berbeda, tetapi dalam situasi
pembelajaran semua menjadi satu. Contohnya, apabila seorang guru ingin mengajar
seorang pelajar (menulis), dia perlu mengajar pelajar itu cara memegang pensil
( bidang psikomotor ), bentuk huruf dan maknanya ( bidang kognitif ) dan juga
harus memupuk minat untuk belajar menulis ( bidang afektif ).
Dengan
demikian, hakikat pendidikan adalah “ handayani “ seperti yang dikemukakan oleh
Ki Mohamad Said R. yang memiliki arti “ memberi pengaruh “. Pendidikan kumpulan
dari semua proses yang memungkinkan seseorang yang mampu mengembangkan seluruh
kemampuan ( potensi ) yang dimilikinya, sikap- sikap dan bentuk- bentuk
perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan
berada.
B.
MENDIDIK
Kata
mendidik adalah kata kunci dari pendidikan. Mengingat hal itu, sangat penting
untuk dipahami hakikat mendidikan yang bermakna luhur dalam proses pendidikan.
Pengertian mendidik menurut para ahli :
1.
Langeveld
Mendidik adalah
mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya mencapai kedewasaan.
2.
Hoogveld
Mendidik adalah mendidik
membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya
3.
Ki Hajar Dewantara
Mendidik adalah menuntut
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan
sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.
4.
Rasyidin
Mendidik adalah
membimbing pertumbuhan anak, jasmani
maupun rohani dengan sengaja, bukan saja untuk kepentingan pengajaran sekarang
melainkan utamanya untuk kehidupan seterusnya di masa depan.
Sebagai
rambu atas proses mendidik yang lebih luhur maknanya daripada mengajar dapat
pula di terjemahkan peristiwa mendidik ( educating ) dimulai dari relasi
pergaulan manusia, termasuk kualitas belajar dan mendidik diri sendiri.
Landasan proses itu dipahami sebagai humanisasi dalam interaksi internal dan
menjadi dasar dari relasi pendidikan dan interaksi edukatif dalam arti luas (
hominisasi dan humanisasi ). Momentum seperti ini dapat terjadi di lembaga
sekolah dan pendidikan nonformal dalam masyarakat, sehingga pendidikan
terpelihara mutunya dan tidak kehilangan kualitas relasi antarmanusia sebagai sesama
subjek pendidikan.
C.
FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL
Filsafat
pendidikan yang bersifat perenialisme yang terpusat pada pelestarian dan
pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang terpusat pada
pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang
bersifat perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai sebagai
warga dunia , dan mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga Negara tidak
didikte oleh perubahan tetapi mampu bertindak sebagai bangsa yang mampu member
alternatif. Dengan dasar itu, maka misi pendidikan nasional dalam hal ini
diterjemahkan sebagai rekonstruksi social.
D.
TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan
pendidikan menurut para ahli :
Ø Plato
Tujuan
pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self knowing dan self
realization kemudian inquiry dan reasoning and logic. Jadi, disini jelas
bahwa tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya,
kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya
mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alasan dan alur
pikirannya.
Ø Aristoteles
Tujuan
pendidikan adalah penyadaran terhadap self
realization, yaitu kekuatan efektif ( virtue ) kekuatan yang menghasilkan (
efficacy ) dan potensi untuk mencapai kebahagiaan hidup melalui kebiasaan dan
kemampuan berpikir rasional.
Ø Dewey
Tujuan
pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta
didik sehingga dapar berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota
masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat
aktif, ilmiah dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat
mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan,
dan kehalusan budi pekerti.
E.
TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal
dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat dalam UU Sistem Pendidikan
Nasional, yaitu UU No. 20 Tahun 2003 tersebut, dikatakan : “ Pendidikan
nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
KEBUDAYAAN
DAN PENDIDIKAN
Kebudayaan
menurut para ahli :
1.
TAYLOR
Adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan- kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat ( Imran Manan, 1989
).
2.
Kebudayaan
produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan ( 1983). Ia mengemukakan bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi
aksi- aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang
merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral , hukum, adat istiadat dan
lain- lain kepandaian.
3.
Kneller
Mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah
dikembangkan oleh anggota- anggota masyarakat ( Imran Manan, 1989 ).
Dari
ketiga definisi kebudayaan di atas, tampaknya definisi terakhir yang paling
tepat sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang
diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat. Namun, ada
baiknya kalau ciptaan manusia bersifat umum itu diklasifikasikan agar mudah
mempelajarinya. Hasan (1983 ) misalnya mengatakan kebudayaan berisi :
ü
Norma-norma
ü
Folkways
yang mencakup kebiasaan, adat dan tradisi
ü
Mores
Sementara
itu Imran Manan ( 1989 ) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
1.
Gagasan
2.
Ideologi
3.
Norma
4.
Teknologi
5.
Benda
Agar
menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :
1.
Kesenian
2.
Ilmu
3.
Kepandaian
Orang
sering sulit membedakan antara kebudayaan dengan peradaban. Menurut Hasan (
1983 ) peradaban itu adalah kebudayaan yang sudah maju. Dikatakannya lebih
lanjut orang sering menyebut peradaban Majapahit, Sriwijaya, Yunani dan
sebagainya, karena bangsa atau masyarakat itu telah memiliki kebudayaan yang
tinggi pada jaman keemasannya. Dalam jaman super modern ini mungkin bangsa
Amerika Serikat, Jepang dan beberapa bangsa di Eropa Barat sudah dapat disebut
memiliki peradaban.
Mari
kita kembali membahas hal- hal yang berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1.
Kebudayaan
umum, misalnya kebudayaan Indonesia
2.
Kebudayaan
daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, dan sebagainya
3.
Kebudayaan
populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada
kedua macam kebudayaan terdahulu. Yang termasuk kebudayaan populer misalnya,
lagu- lagu populer, model film musiman, mode- mode pakaian dan sebagainya.
Dari
ketiga macam kebudayaan di aatas mana yang patut diajarkan di sekolah ?
Sebetulnya ketiga macam kebudayaan itu pantas diajarkan di sekolah, asal
proporsinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas kebudayaan umum
harus diajarkan pada semua sekolah. Sementara itu kebudayaan daerah dapat
dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda- beda tiap daerah. Dan
kebudayaan populer dapat diajarkan dengan proporsi yang kecil, sebab kebudayaan
itu sedang mencuat, tentu disenangi anak- anak.
Kneller
mengemukakan ada dua tonggak yang membuat kebudayaan berkembang dengan pesat (
Imran Manan, 1989 ). Kedua tonggak itu adalah :
1.
Revolusi
Industri 1 dengan diketemukannya mesin uap abad ke-18 yang membuat hasil
produksi berlimpah- limpah serta memberi keuntungan yang besar. Hidup
orang-orang menjadi tambah makmur.
2.
Revolusi
Industri 2 sejak tahun 1945 yang menggunakan bahan atom, kimia, dan
mempergunakan alat komputer, yang membuat serba otomatis, dengan menggunakan
tenaga- tenaga profesional. Revolosi inilah yang membuat jaman sekarang menjadi
era globalisasi, dan informasi.
Dikatakan
jaman informasi dan globalisasi adalah karena informasi itu begitu cepat
diterima berkat alat- alatnya yang sudah canggih. Orang tidak perlu lagi datang
sendiri ke suatu desa atau kota untuk mengetahui sesuatu, ia cukup mengangkat
telepon untuk menayakan kepada seseorang yang ia ketahui. Begitu pula berbagai
pelosok dunia dapat diketahui secara cepat melalui radio atau televisi dengan
parabola atau tanpa parabola. Alat informasi yang sangat canggih adalah
internet. Melalui internet orang sangat cepat mendapatkan informasi sampai-
sampai untuk menangkap buron kawakan pun orang memakai internet dengan
memasukan potret buron itu kedalam alat- alat nya.
Karna
informasi itu cepat di tangkap antar pulau dan antar benua, maka seolah-olah
dunia ini menjadi sempit. Segala macam informasi mengalir seluruh dunia,
informasi itu mengglobal, tidak mengenal batas-batas negara. Ditambah lagi
dengan beberapa industri dan perdagangan juga sudah menyebar di dunia. Bangsa
tertentu memiliki industri dan perdagangan pada wilayah bangsa-bangsa ini. Ini
yang membuat dunia sebagai menyatu pada zaman globalisasi.
Baik
zaman informasi atau globalisasi, apa pun istilah yang dipakai, semua poerguruan tinggi patut mengutamakan
pelajaran tentang ilmu dan tekhnologi. Namun tidak berarti mengesampingkan pelajaran-pelajaran
lain. Semua pelajaran harus di berikan secara proporsional dengan ilmu dan
tekhnologi mendapatkan bobot tertinggi.
Memahami
akan hal ini para pendidik hendaklah menantang diri agar proses pendidikan di
sekolah tidak ketinggalan zaman, agar dapat membuat anak-anak berpacu dengan
teman-teman sezamannya, agar tidak kalah dengan anak-anak bangsa lain. Juga
diri pendidik itu sendiri perlu meningkatkan profesinya agar memiliki kualitas
yang sejajar dengan pendidik-pendidik lain yang di manca negara.
Ada 3
hal yang menimbulkan perubahan kebudayaa. Tiga hal tersebut menurut Kneller
ialah : (Imran Manan, 1989)
1.
Origanasi
yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan yang baru. Hasil penemuan ini
akan menggeser atau memperbaharui yang lama. Teori bumi bulat menggeser teori
bumi lempeng. Teori dua garis sejajar akan berpotongan di suatu tempat
memperbaharui teori yang menyatakan tidak berpotongan. Konsep anak sebagai
orang dewasa dalam bentuk kecil yuba oleh teori baru yang menyatakan anak-anak
kesatuan potensi yang sedang berkembang dan tumbuh.
2.
Difusi ialah
pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen budaya yang baru
kedalam budaya yang lama. Tarian- tarian kontemporer ada kalanya merupakan
difusi antara tarian klasik dengan tarian modern.
3.
Reinterpretasi
ialah perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi eleman- elemen
kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan jaman. Surat kawin
diadakan karena kebutuhan administrasi, jaman dulu kawin cukup disahkan oleh
warga setempat.
Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan
dengan perkembangan jaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta
perkembangan kepandaian manusia. Perubahan itu bisa bersumber dari ketiga hal
tersebut diatas. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Pendidikan dan
kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka
pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah
kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan
kebudayaan adalah sangat besar. Pendidikan dapat mengembangkan kebudayaan
melalui ketiga hal tersebut diatas. Sebab pendidikan adalah tempat manusia-
manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau
mengembangkan kebudayaan, sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
Pendidikan
adalah enkulturasi (Imran Manan, 1989). Pendidikan adalah suatu proses membuat
orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang
merasukinya. Enkulturasi ini terjadi dimana-mana, disetiap tempat hidup seseorang
Landasan Kultural Pendidikan
Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992:145): kebudayaan terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai mahluk yang “belum selesai” dan harus berkembang, maka kebudayaan juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi: (1) kebudayaan dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya, dan (2) kebudayaan merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari satu pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
Dengan memperhatikan berbagai dimensi kebudayaan tersebut di atas dapat dikemukakan, bahwa landasan kultural pendidikan di Indonesia haruslah mampu memberi jawaban terhadap masalah berikut: (1) semangat kekeluargaan dalam rumusan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan pendidikan, (2) rule of law dalam masyarakat yang berbudasya kekeluargaan dan kebersamaan,(3) apa yang menjadi “etos” masyarakat Indonesia dalam kaitan waktu, alam, dan kerja, serta kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadi “etos” sesuai dengan budaya Pancasila; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras tangguh bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani, dan (4) cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarahnya, dan tujuan-tujuannya. Bagaimana tiap warga memandang dirinya dalam masyarakat yang integralistik, bagaimana perkembanga cara peningkatan hrkat dan martabat sebagai manusia, apa yang menjadi tujuan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992:145): kebudayaan terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai mahluk yang “belum selesai” dan harus berkembang, maka kebudayaan juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi: (1) kebudayaan dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya, dan (2) kebudayaan merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari satu pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
Dengan memperhatikan berbagai dimensi kebudayaan tersebut di atas dapat dikemukakan, bahwa landasan kultural pendidikan di Indonesia haruslah mampu memberi jawaban terhadap masalah berikut: (1) semangat kekeluargaan dalam rumusan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan pendidikan, (2) rule of law dalam masyarakat yang berbudasya kekeluargaan dan kebersamaan,(3) apa yang menjadi “etos” masyarakat Indonesia dalam kaitan waktu, alam, dan kerja, serta kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadi “etos” sesuai dengan budaya Pancasila; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras tangguh bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani, dan (4) cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarahnya, dan tujuan-tujuannya. Bagaimana tiap warga memandang dirinya dalam masyarakat yang integralistik, bagaimana perkembanga cara peningkatan hrkat dan martabat sebagai manusia, apa yang menjadi tujuan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
How to order Tails from Titanium Hair Clipper - ITIAN D'
BalasHapusTails from Titanium Clipper. All Tails. This product is titanium ore fully tested, tested and does titanium set off metal detectors certified by our own titanium plate experienced titanium pipe customer support titanium hip team.