Senin, 27 Mei 2013

Hakikat Pendidikan


HAKIKAT PENDIDIKAN

Memasuki millenium ketiga, berbagai perubahan terjadi sangat pesat. Ciri utama perubahan yang sedang terjadi ialah pesatnya perubahan budaya, sehingga dampaknya institusi pendidikan mulai diragukan keberadaannya.
Perubahan yang dikemukakan di atas, pada dasarnya didorong oleh tiga faktor utama, yaitu :
ü  Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
ü  Kependudukan
ü  Faktor ekologi dan lingkungan hidup
Perubahan yang sangat mendalam dan pesat mengharuskan manusia belajar hidup dengan perubahan terus menerus, dengan ketidakpastian, dan dengan ketidakmampuan untuk memperhitungkan apa yang akan terjadi ( unpredictability ). Persoalan yang dihadapi manusia dan kemanusiaan itu tak pelak juga melibatkan persoalan pendidikan di dalamnya, yaitu sejauh mana pendidikan mampu berperan mengantisipasi dan mengatasi persoalan itu. Oleh karena itu, pendidikan memegang kekuatan sentral dalam proses pembangunan dan kemajuan dalam menanggapi tantangan masa depan.
Menyadari peran penting pendidikan, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami terlebih dahulu hakikat pendidikan. Pemahaman Hakikat pendidikan akan menyebabkan kita memahami peran, mendudukkannya, dan menilai pendidikan secara proporsional.

A.   PENDIDIKAN
Hampir setiap orang pernah mengalami pendidikan, tetapi tidak setiap orang mengerti makna kata pendidikan, pendidik, dan mendidik. Untuk memahami pendidikan, ada dua istilah yang dapat mengarahkan pada pemahaman hakikat pendidikan, yakni kata paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie bermakna pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan ( Purwanto, 1995 :3 ). Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pedagogic ( pedagogics ) atau ilmu mendidik adalah ilmu atau teori yang sistematis tentang pendidikan yang sebenarnya bagi anak atau untuk anak sampai ia mencapai kedewasaan ( Rasyidin, 2007 :34 )
Secara estimologik, perkataan paedagogie berasal dari bahasa yunani, yaitu paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak. Paidagogos adalah hamba atau orang yang pekerjaannya menghantar dan mengambil budak- budak pulang pergi atau antar jemput sekolah. Perkataan “ paida “ merujuk kepada kanak- kanak, yang menjadikan sebab mengapa sebagian orang cenderung membedakan antara pedagogi (mengajar kanak-kanak) dan andragogi (mengajar orang dewasa).
Perkataan untuk pedagogi yang juga berasal dari bahasa yunani kuno juga dapat dipahami dari kata “ paid “ yang bermakna anak, dan “ogogos” yang berarti membina atau membimbing. Apa yang dipraktikkan dalam pendidikan selama ini adalah pedagogi, yang secara harfiah adalah seni mengajar atau seni mendidik anak- anak ( Muis Sad Imam, 2004: 5 )
Dalam realitas di dunia pendidikan pedagogi modern membagi fungsi pembelajaran menjadi tiga area ( menurut Taksonomi Bloom ) yakni :
1.     Bidang kognitif, yakni yang berkenaan dengan aktivitas mental, seperti ingatan pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi, dan mencipta
2.    Bidang afektif, yakni berkenaan dengan sikap dan rahasia diri
3.    Bidang psikomotor, yakni yang berkenaan dengan aktivitas fisik seperti keterampilan hidup dan pertukangan.
Ketiga area tersebut kelihatannya memiliki sifat yang berbeda, tetapi dalam situasi pembelajaran semua menjadi satu. Contohnya, apabila seorang guru ingin mengajar seorang pelajar (menulis), dia perlu mengajar pelajar itu cara memegang pensil ( bidang psikomotor ), bentuk huruf dan maknanya ( bidang kognitif ) dan juga harus memupuk minat untuk belajar menulis ( bidang afektif ).
Dengan demikian, hakikat pendidikan adalah “ handayani “ seperti yang dikemukakan oleh Ki Mohamad Said R. yang memiliki arti “ memberi pengaruh “. Pendidikan kumpulan dari semua proses yang memungkinkan seseorang yang mampu mengembangkan seluruh kemampuan ( potensi ) yang dimilikinya, sikap- sikap dan bentuk- bentuk perilaku yang bernilai positif di masyarakat tempat individu yang bersangkutan berada.

B.    MENDIDIK
Kata mendidik adalah kata kunci dari pendidikan. Mengingat hal itu, sangat penting untuk dipahami hakikat mendidikan yang bermakna luhur dalam proses pendidikan. Pengertian mendidik menurut para ahli :
1.     Langeveld
Mendidik adalah mempengaruhi dan membimbing anak dalam usahanya mencapai kedewasaan.
2.    Hoogveld
Mendidik adalah mendidik membantu anak supaya ia cukup cakap menyelenggarakan tugas hidupnya
3.    Ki Hajar Dewantara
Mendidik adalah menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi- tingginya.

4.    Rasyidin
Mendidik adalah membimbing  pertumbuhan anak, jasmani maupun rohani dengan sengaja, bukan saja untuk kepentingan pengajaran sekarang melainkan utamanya untuk kehidupan seterusnya di masa depan.

Sebagai rambu atas proses mendidik yang lebih luhur maknanya daripada mengajar dapat pula di terjemahkan peristiwa mendidik ( educating ) dimulai dari relasi pergaulan manusia, termasuk kualitas belajar dan mendidik diri sendiri. Landasan proses itu dipahami sebagai humanisasi dalam interaksi internal dan menjadi dasar dari relasi pendidikan dan interaksi edukatif dalam arti luas ( hominisasi dan humanisasi ). Momentum seperti ini dapat terjadi di lembaga sekolah dan pendidikan nonformal dalam masyarakat, sehingga pendidikan terpelihara mutunya dan tidak kehilangan kualitas relasi antarmanusia sebagai sesama subjek pendidikan.

C.    FILOSOFI PENDIDIKAN NASIONAL
Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme yang terpusat pada pelestarian dan pengembangan budaya dan sifat pendidikan yang progresif yang terpusat pada pengembangan subjek didik perlu disempurnakan. Filsafat pendidikan yang bersifat perenialisme dan progresif yang melihat subjek didik sebagai sebagai warga dunia , dan mengingatkan dengan sungguh-sungguh agar warga Negara tidak didikte oleh perubahan tetapi mampu bertindak sebagai bangsa yang mampu member alternatif. Dengan dasar itu, maka misi pendidikan nasional dalam hal ini diterjemahkan sebagai rekonstruksi social.



D.   TUJUAN PENDIDIKAN
Tujuan pendidikan menurut para ahli :
Ø  Plato
Tujuan pendidikan sesungguhnya adalah penyadaran terhadap self knowing dan self realization kemudian inquiry dan reasoning and logic. Jadi, disini jelas bahwa tujuan pendidikan memberikan penyadaran terhadap apa yang diketahuinya, kemudian pengetahuan tersebut harus direalisasikan sendiri dan selanjutnya mengadakan penelitian serta mengetahui hubungan kausal, yaitu alasan dan alur pikirannya.
Ø  Aristoteles
Tujuan pendidikan adalah penyadaran terhadap self realization, yaitu kekuatan efektif ( virtue ) kekuatan yang menghasilkan ( efficacy ) dan potensi untuk mencapai kebahagiaan hidup melalui kebiasaan dan kemampuan berpikir rasional.
Ø  Dewey
Tujuan pendidikan adalah mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh peserta didik sehingga dapar berfungsi secara individual dan berfungsi sebagai anggota masyarakat melalui penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran yang bersifat aktif, ilmiah dan memasyarakat serta berdasarkan kehidupan nyata yang dapat mengembangkan jiwa, pengetahuan, rasa tanggung jawab, keterampilan, kemauan, dan kehalusan budi pekerti.





E.    TUJUAN PENDIDIKAN NASIONAL
   Tujuan pendidikan nasional kita yang berasal dari berbagai akar budaya bangsa Indonesia terdapat dalam UU Sistem Pendidikan Nasional, yaitu UU No. 20 Tahun 2003 tersebut, dikatakan : “ Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

KEBUDAYAAN DAN PENDIDIKAN
Kebudayaan menurut para ahli :

1.     TAYLOR
             Adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni,         hukum, moral, adat dan kemampuan- kemampuan serta kebiasaan- kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat ( Imran Manan, 1989 ).
2.    Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan ( 1983). Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi- aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral , hukum, adat istiadat dan lain- lain kepandaian.
3.    Kneller
Mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota- anggota masyarakat ( Imran Manan, 1989 ).
Dari ketiga definisi kebudayaan di atas, tampaknya definisi terakhir yang paling tepat sebab mencakup semua cara hidup ditambah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat. Namun, ada baiknya kalau ciptaan manusia bersifat umum itu diklasifikasikan agar mudah mempelajarinya. Hasan (1983 ) misalnya mengatakan kebudayaan berisi :
ü  Norma-norma
ü  Folkways yang mencakup kebiasaan, adat dan tradisi
ü  Mores
Sementara itu Imran Manan ( 1989 ) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
1.     Gagasan
2.    Ideologi
3.    Norma
4.    Teknologi
5.    Benda
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :
1.     Kesenian
2.    Ilmu
3.    Kepandaian
Orang sering sulit membedakan antara kebudayaan dengan peradaban. Menurut Hasan ( 1983 ) peradaban itu adalah kebudayaan yang sudah maju. Dikatakannya lebih lanjut orang sering menyebut peradaban Majapahit, Sriwijaya, Yunani dan sebagainya, karena bangsa atau masyarakat itu telah memiliki kebudayaan yang tinggi pada jaman keemasannya. Dalam jaman super modern ini mungkin bangsa Amerika Serikat, Jepang dan beberapa bangsa di Eropa Barat sudah dapat disebut memiliki peradaban.
Mari kita kembali membahas hal- hal yang berkaitan dengan kebudayaan. Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu :
1.     Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia
2.    Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, dan sebagainya
3.    Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. Yang termasuk kebudayaan populer misalnya, lagu- lagu populer, model film musiman, mode- mode pakaian  dan sebagainya.
Dari ketiga macam kebudayaan di aatas mana yang patut diajarkan di sekolah ? Sebetulnya ketiga macam kebudayaan itu pantas diajarkan di sekolah, asal proporsinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sementara itu kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda- beda tiap daerah. Dan kebudayaan populer dapat diajarkan dengan proporsi yang kecil, sebab kebudayaan itu sedang mencuat, tentu disenangi anak- anak.
Kneller mengemukakan ada dua tonggak yang membuat kebudayaan berkembang dengan pesat ( Imran Manan, 1989 ). Kedua tonggak itu adalah :
1.     Revolusi Industri 1 dengan diketemukannya mesin uap abad ke-18 yang membuat hasil produksi berlimpah- limpah serta memberi keuntungan yang besar. Hidup orang-orang menjadi tambah makmur.
2.    Revolusi Industri 2 sejak tahun 1945 yang menggunakan bahan atom, kimia, dan mempergunakan alat komputer, yang membuat serba otomatis, dengan menggunakan tenaga- tenaga profesional. Revolosi inilah yang membuat jaman sekarang menjadi era globalisasi, dan informasi.
Dikatakan jaman informasi dan globalisasi adalah karena informasi itu begitu cepat diterima berkat alat- alatnya yang sudah canggih. Orang tidak perlu lagi datang sendiri ke suatu desa atau kota untuk mengetahui sesuatu, ia cukup mengangkat telepon untuk menayakan kepada seseorang yang ia ketahui. Begitu pula berbagai pelosok dunia dapat diketahui secara cepat melalui radio atau televisi dengan parabola atau tanpa parabola. Alat informasi yang sangat canggih adalah internet. Melalui internet orang sangat cepat mendapatkan informasi sampai- sampai untuk menangkap buron kawakan pun orang memakai internet dengan memasukan potret buron itu kedalam alat- alat nya.
Karna informasi itu cepat di tangkap antar pulau dan antar benua, maka seolah-olah dunia ini menjadi sempit. Segala macam informasi mengalir seluruh dunia, informasi itu mengglobal, tidak mengenal batas-batas negara. Ditambah lagi dengan beberapa industri dan perdagangan juga sudah menyebar di dunia. Bangsa tertentu memiliki industri dan perdagangan pada wilayah bangsa-bangsa ini. Ini yang membuat dunia sebagai menyatu pada zaman globalisasi.
Baik zaman informasi atau globalisasi, apa pun istilah yang dipakai, semua  poerguruan tinggi patut mengutamakan pelajaran tentang ilmu dan tekhnologi. Namun tidak berarti mengesampingkan pelajaran-pelajaran lain. Semua pelajaran harus di berikan secara proporsional dengan ilmu dan tekhnologi mendapatkan bobot tertinggi.
Memahami akan hal ini para pendidik hendaklah menantang diri agar proses pendidikan di sekolah tidak ketinggalan zaman, agar dapat membuat anak-anak berpacu dengan teman-teman sezamannya, agar tidak kalah dengan anak-anak bangsa lain. Juga diri pendidik itu sendiri perlu meningkatkan profesinya agar memiliki kualitas yang sejajar dengan pendidik-pendidik lain yang di manca negara.
Ada 3 hal yang menimbulkan perubahan kebudayaa. Tiga hal tersebut menurut Kneller ialah : (Imran Manan, 1989)
1.     Origanasi yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan yang baru. Hasil penemuan ini akan menggeser atau memperbaharui yang lama. Teori bumi bulat menggeser teori bumi lempeng. Teori dua garis sejajar akan berpotongan di suatu tempat memperbaharui teori yang menyatakan tidak berpotongan. Konsep anak sebagai orang dewasa dalam bentuk kecil yuba oleh teori baru yang menyatakan anak-anak kesatuan potensi yang sedang berkembang dan tumbuh.
2.    Difusi ialah pembentukan kebudayaan baru akibat masuknya elemen-elemen budaya yang baru kedalam budaya yang lama. Tarian- tarian kontemporer ada kalanya merupakan difusi antara tarian klasik dengan tarian modern.
3.    Reinterpretasi ialah perubahan kebudayaan akibat terjadinya modifikasi eleman- elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan jaman. Surat kawin diadakan karena kebutuhan administrasi, jaman dulu kawin cukup disahkan oleh warga setempat.
 Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan perkembangan jaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian manusia. Perubahan itu bisa bersumber dari ketiga hal tersebut diatas. Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Disini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Pendidikan dapat mengembangkan kebudayaan melalui ketiga hal tersebut diatas. Sebab pendidikan adalah tempat manusia- manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan, sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.
Pendidikan adalah enkulturasi (Imran Manan, 1989). Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang merasukinya. Enkulturasi ini terjadi dimana-mana, disetiap tempat hidup seseorang
Landasan Kultural Pendidikan
 Landasan kultural mengandung makna norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma kehidupan berbudaya yang dianut oleh suatu bangsa. Untuk memahami kehidupan berbudaya suatu bangsa kita harus memusatkan perhatian kita pada berbagai dimensi (Sastrapratedja, 1992:145): kebudayaan terkait dengan ciri manusia sendiri sebagai mahluk yang “belum selesai” dan harus berkembang, maka kebudayaan juga terkait dengan usaha pemenuhan kebutuhan manusia yang asasi: (1) kebudayaan dapat dipahami sebagai strategi manusia dalam menghadapi lingkungannya, dan (2) kebudayaan merupakan suatu sistem dan terkait dengan sistem sosial. Kebudayaan dari satu pihak mengkondisikan suatu sistem sosial dalam arti ikut serta membentuk atau mengarahkan, tetapi juga dikondisikan oleh sistem sosial.
 Dengan memperhatikan berbagai dimensi kebudayaan tersebut di atas dapat dikemukakan, bahwa landasan kultural pendidikan di Indonesia haruslah mampu memberi jawaban terhadap masalah berikut: (1) semangat kekeluargaan dalam rumusan Undang-Undang Dasar 1945 sebagai landasan pendidikan, (2) rule of law dalam masyarakat yang berbudasya kekeluargaan dan kebersamaan,(3) apa yang menjadi “etos” masyarakat Indonesia dalam kaitan waktu, alam, dan kerja, serta kebiasaan masyarakat Indonesia yang menjadi “etos” sesuai dengan budaya Pancasila; beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras tangguh bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil, sehat jasmani dan rohani, dan (4) cara bagaimana masyarakat menafsirkan dirinya, sejarahnya, dan tujuan-tujuannya. Bagaimana tiap warga memandang dirinya dalam masyarakat yang integralistik, bagaimana perkembanga cara peningkatan hrkat dan martabat sebagai manusia, apa yang menjadi tujuan pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. 

1 komentar:

  1. How to order Tails from Titanium Hair Clipper - ITIAN D'
    Tails from Titanium Clipper. All Tails. This product is titanium ore fully tested, tested and does titanium set off metal detectors certified by our own titanium plate experienced titanium pipe customer support titanium hip team.

    BalasHapus