Senin, 27 Mei 2013

Pengantar Antropologi



KEBUDAYAAN MINANGKABAU
TARI LUKAH GILO 



Pengertian Tari Lukah Gilo
Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai penganut agama islam yang taat, hanya percaya kepada Tuhan seperti yang diajarkan oleh Islam. Namun, masih terdapat aktivitas budaya yang bertentangan dengan Islam. Salah satu diantaranya adalah tari Lukah Gilo yang hingga kini masih dapat ditemukan dan berkembang di Nagari Padang Magek, Sumatra Barat.
Lukah adalah semacam bubu berbentuk jantung yang digabung dengan sejenis batang sehingga memiliki bentuk yang khas yang dibentuk dari bambu atau lidi, digunakan untuk alat penangkap ikan atau belut. Lukah dipasangi dua buah perangkap hingga ikan dapat masuk dan tidak dapat keluar. Umpan dimasukkan kedalam lukah, kemudian dibenamkan di sungai selama satu malam, dan keesokannya diangkat.
Menggunakan lukah untuk menangkap ikan di sungai, hasil tangkapan ikannya tergantung pada nasib seseorang tersebut. Maka perlu dicegah agar ikan dapat lebih banyak masuk ke dalam lukah dan tidak dicuri oleh orang lain. Lukah dimanterai agar ikan menjadi gilo (gila atau mabuk) agar masuk ke dalam lukah, dan kalau sudah banyak ikan yang masuk, diharapkan lukah tidak dicuri oleh orang lain untuk diambil ikannya. Peristiwa tersebut yaitu lukah yang diberi mantera disebut Lukah Gilo. Lukah Gilo kemudian berkembang menjadi sarana guna- guna, sarana pengobatan dan seni pertunjukan tari.
Lukah Gilo berkembang menjadi tari. Penyajiannya melalui proses yang cukup unik, dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
1.      Proses persiapan yaitu menyediakan berbagai macam sesaji yang rumit untuk memanggil jin.
2.      Pementasan dipimpin oleh kulipah untuk menghadirkan jin untuk meng-gilo-kan lukah.
3.      Penutup untuk mengembalikan para jin ke tempat semula saat dipanggil.
Lukah gilo awalnya tidak disertai dengan unsur seni lain seperti musik, vocal atau instrumen. Pada perkembangannya lukah diberi beberapa unsur seni lain digunakan sebagai musik pengiring dan busana yang sesuai, bahkan lukah pun ditarikan sehingga disebut tari Lukah Gilo. Fungsi primernya lukah gilo telah berubah dari kegiatan magis memaggil jin menjadi sebuah pertunjukan seni untuk menghibur masyarakat.
Pertunjukan Lukah Gilo dilaksanakan setelah salat Isya. Sebelum pertunjukan dimulai, alat- alat yang digunakan untuk pertunjukan diasapi kemenyan oleh kulipah dengan tujuan untuk menyucikan dan mengesahkan bahwa benda- benda tersebut sudah menjadi benda- benda sakral serta memberi kekuatan gaib melalui roh– roh halus yang dipanggil. Pertunjukan tari Lukah Gilo diawali dengan suara musik, kemudian lukah dibawa ke halaman rumah sebagai arena pertunjukkan. Pertunjukkan dipimpin oleh kulipah, mulai dari persiapan, pementasan dan penutup.
Namun tari Lukah Gilo tetap tidak meninggalkan esensi semula, yaitu kekuatan magis yang menjadi  ciri khas utama. Lukah Gilo yang dahulu hanya digunakan sebagai sarana dengan nuasa magis, berkembang fungsinya yakni dapat digunakan sebagai sarana dalam upacara pengangkatan penghulu, perhelatan Nagari dan upacara perkawinan.
Perkembangan Lukah Gilo saat ini adalah lukah yang diberi kekuatan magis, dipertontonkan kepada masyarakat umum sehingga kesenian tersebut memiliki multi fungsi selain sebagai hiburan juga untuk membuktikan dan melegitimasi status atau kepawangan seorang kulipah.

2.2 Pembuatan dan Pertunjukan Lukah Gilo
1.      Lukah
·         Bahan
Bahan yang perlukan untuk membuat lukah sebagai sarana pertunjukan adalah bambu gila, akar gila, dan lidi gila. Bambu gila adalah bambu yang masih tumbuh berdiri yang bergerak sendiri tanpa henti, walaupun tanpa ada angin atau sesuatu yang menggerakannya. Akar gila adalah akar pohon yang masih hidup, yang berjuntai yang bergerak sendiri tanpa henti. Lidi gila adalah lidi daun kelapa atau enau yang bergerk tanpa henti.
Bahan yang digunakan untuk membuat lukah sebagai sarana penangkap ikan adalah bambu, lidi, rotan, dan tempurum kelapa, tetapi tidak harus gila.

·         Pembuatan
ü  Untuk pertunjukan
Bambu gila diraut kecil hingga menyerupai lidi sebanyak ±225 batang, kemudian dipotong sepanjang ±120cm sebanyak 90 batang, sepanjang 40cm sebanyak 85 batang diruncingkan. Akar dibelah dan dibersihkan sehingga berbentuk rotan sebagai pengikat. Lidi gila yang dibutuhkan cukup sebanyak tujuh batang yang dalam pertunjukan sebagai cambuk.
Bambu diraut dengan lebar 1,5cm tebal 0,5cm dan panjang 125cm sebanyak dua batang, sepanjang 110cm sebanyak satu batang, sepanjang 95cm sebanyak satu batang, dan sepanjang 80cm sebanyak satu batang. Kelimanya untuk rangka badan lukah; sedangkan untuk perangkap lukah panjang 100cm sebanyak satu batang, dan 70 cm sebanyak satu batang. Kedua ujung bambu dipertipis sepanjang 10cm, semakin ke ujung semakin tipis untuk dijadikan sambungan. Kedua ujung ditemukan dengan ujung yang tipis dilapis dua, lalu diikat dengan akar. Dengan menggabungkan kedua ujung bambu tersebut, maka didapatlah lingkaran bambu sebanyak 5 lingkaran: 2 berdiameter 40cm, 1 diameter 20cm; 2 lingkaran yakni berdiameter 39cm dan 29cm.
Bambu kecil yang sudah dihaluskan yang panjang 120cm diikat dengan akar ke lingkaran- lingkaran bambu dengan urutan paling ujung adalah lingkaran bambu dengan diameter 20cm, 35cm, dan 40cm. Dan proses tersebut telah menghasilkan bagian badan lukah.
Langkah selanjutnya yaitu membuat bagian perangkap. Perangkap yang digunakan dalam lukah ada dua buah, satu dipasang di bagian ujung lukah yang besar dan yang satu lagi dipasang dibagian tengah atau bagian pinggang.
Bambu kecil yang panjangnya 40cm (bagian yang tumpul) diikatkan ke lingkaran bambu yang berdiameter 39cm. Semua ujung bambu yang runcing diarahkan ke satu titik dengan susunan yang tidak boleh rapi. Apabila ada kedapatan secara kebetulan susunan bambu yang rapi, maka disisipkan sesuatu untuk membuat bambu-bambu tersebut menjadi tidak rapi. Bagian yang tidak rapi inilah yang menjadikannya sebagai perangkap.

ü  Untuk menangkap ikan
Lukah yang untuk menangkap ikan berukuran lebih kecil yaitu panjang ±100cm dan diameter ±25cm. Bambu yang diraut kecil diganti lidi; akar gila diganti rotan; proses pembuatannya sama. Tampurung kalapa digunakan sebagai penutup lukah bagian ujung paling kecil. Pinggir tempurung kelapa dilubangi sebanyak tiga lubang. Ketiga lubang ini dikaitkan ke lingkaran bambu paling ujung. Tempurung penutup ini berfungsi sebagai bagian yang dibuka untuk mengambil ikan hasil tangkapan atau sebagai pintu untuk memasukkan umpan ke dalam lukah. Dengan dikerjakannya bagian penutup ini, maka didapatlah lukah yang sudah siap dioperasikan. Apabila jarak antara lingkaran bambu yang satu terlalu jauh dengan lingkaran bambu yang lain, akan mengakibatkan terlalu lenturnya lidi badan lukah dan rawan untuk lepasnya ikan terperangkap. Hal ini dapat diatasi dengan menambahkan ayaman rotan diantara lingkaran bambu yang satu dengan yang lain.

·         Penggunaan
Lukah semalam suntuk dibiarkan terendam di dalam air. Keesokan harinya, ada atau tidak ada ikan yang terperangkap, lukah diangkat lalu dibawa pulang dan siap dioperasikan pada senja hari berikutnya. Kalau lukah dibiarakan berlama- lama di dalam air, maka lukah akan cepat lapuk dan rusak.

2.      Lukah Gilo
·         Menangkap ikan
Lukah yang digunakan sebagai alat penangkap ikan adalah lukah yang dimanterai oleh kulipah (mantera dirahasiakan). Walaupun mantera dirahasiakan, namun berfungsi untuk memanggil malaikat dan raja jin ke bumi agar memberi kekuatan dan kekuasaan kepada kulipah untuk menggilakan ikan agar masuk ke dalam lukah, dan menangkal semua niat jahat yang ingin mencuri lukah yang berisi ikan.

·         Magi guna- guna
ü  Sijundai
Biasanya kasus yang menyebabkan lukah digunakan guna- guna adalah kekecewaan seorang bujang mendapatkan cinta dari seorang gadis yang dia sukai; seorang gadis yang berperilaku yang tidak baik sehingga membuat bujang menjadi tersinggung dan terluka hatinya; atau seseorang lain yang membuat sesuatu konflik yang tidak wajar.
Untuk mewujudkan niat buruk ini, pihak yang membutuhkan atau yang merasa konflik datang kepada kulipah untuk meminta agar menggilokan seseorang yang dimaksud. Kulipah menerima permohonan ini dengan beberapa syarat. Selain upah yang kulipah terima dari hasil meng-guna-guna seseorang, kulipah juga memberi syarat yaitu apapun yang terjadi tidak akan menjadi tanggung jawab kulipah tetapi ditanggung oleh yang meminta pertolongan kepada kulipah, dengan kata lain semua akibat dari perbuatan ini diluar tanggung jawab kulipah.

ü  Pengobatan
Lukah Gilo dapat digunakan sebagai sarana pengobatan. Lukah Gilo dijadikan sebagai perantara si sakit untuk dimanterai oleh kulipah. Selain memanterai lukah, beberapa ramuan tradisional juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit, jenis ramuan itu tergantung dari jenis penyakit yang diderita. Ada juga yang datang untuk meminta petunjuk tertentu dalam melaksanakan usaha mencari nafkah, ada juga yang datang untuk minta perlindungan magis (sejenis kawalan para jin).

3.      Tari Lukah Gilo
·         Persiapan
Pertunjukan tari Lukah Gilo memerlukan empat hari untuk persiapan atau proses pertunjukan. Persiapan ini dilakukan secara bertahap yang memakan waktu sangat panjang terutama dalam penyediaan sesaji.

v  Hari pertama
ü  Sesaji dan bahan yang dibutuhkan atau pada saat mematikan lukah adalah sebagai berikut :
o   Lukah
o   Tiga helai kain ( 3m kain putih, 3m kain merah, dan 3m kain hitam)
o   Bunga tiga jenis ( kenanga, tanjung, dan mawar)
o   Tujuh jenis jeruk ( jeruk kapas, purut, sarik, rungga, kambing, pasir dan pedang )
o   Sebaskom air tawar
o   Nasi kunyit
o   Satu gelas kopi
o   Satu gelas teh manis
o   Beras putih
o   Dua batang rokok
o   Sebilah pisau
o   Cermin kecil
o   Sisir
o   Sirih lengkap ( daun sirih, gambir, pinang muda dan kapur sirih )
o   Kemenyan
o   Bara kepala tempurung (tempurung yang bermata)
o   Anglo dupa
o   Sehelai uang kertas nominal Rp 1.000,00
Ketiga jenis bunga sebagian ditaruh di atas sebuah piring makan, dan sebagian lagi ditaruh dalam baskom yang berisi air tawar. Jeruk diiris lalu dimasukkan ke dalam air tawar dalam baskom. Nasi kuning ditaruh di atas piring makan. Beras putih ditaruh di atas piring makan. Kedua batang rokok ditancapkan (bagian ujung yang utuh dinyalakan ke bawah ) di atas beras putih. Uang kertas digulung lalu ditancapkan juga diatas beras. Cermin, sisir dan sirih lengkap diletakkan di atas beras putih. Kemenyan dibakar dengan kepala tempurung di anglo dupa.

ü  Proses pembungkusan Lukah
Proses pembungkusan lukah (yang oleh kulipah disebut dengan mematikan lukah) dipimpin oleh kulipah. Sebelum diadakan pembacaan mantera atau memanggil jin, lebih dahulu diadakan pengamanan atau perlindungan magis terhadap anggota keluarga dan semua anggota yang terlibat dalam proses ini. Perlindungan menggunakan kapur sirih bertanda silang di telapak kaki masing- masing. Kain dibentangkan tiga lapis: kain hitam paling bawah, kain merah di tengah, dan kain putih paling atas. Lukah didirikan di atas kain yang membentang. Jeruk tujuh jenis dan bunga tiga rupa dimasukkan ke dalam baskom berisi air tawar, lalu diangkat dipegang di atas dupa, dimanterai oleh kulipah.
Lukah diangkat lalu diasapi bagian pinggangnya di atas dupa sambil dimaterai, lalu direbahkan di atas kain tiga warna yang sudah dibentangkan. Lukah yang sudah rebah ditaburi bunga tiga rupa, lalu diperciki air tawar campuran potongan jeruk tujuh rupa sebanyak tujuh kali. Lukah yang sudah diperciki dan ditaburi bunga dimanterai lagi (mantera dirahasiakan oleh kulipah) lalu dibungkus dengan kain tiga warna yang sudah dibentangkan. Susunan pembungkus lukah adalah paling dalam kain putih, di tengah adalah kain merah, yang paling luar kain hitam. Lukah yang sudah terbungkus rapi kemudian diikat dengan tiga helai tali yang terbuat dari kain putih. Lukah yang sudah terikat didirikan lalu diperciki lagi dengan sisa air ramuan sebanyak lima kali, kemudian diangkat dan dipindahkan ke sudut kamar tamu untuk menghindarkan dari jangkauan anak- anak atau agar tidak dilewati dengan sembarangan dan terakhir dipasangi peci hitam. Sesaji lain (yang belum digunakan) juga dimanterai diletakkan di depan lukah sebagai suguhan bagi para jin yang datang.

v  Hari kedua
Selama proses berlangsung, ada sesaji yang diambil, ditambah dan diganti. Sesaji yang diambil adalah teh manis, sedangkan sesaji yang yang di ganti adalah nasi kunyit dan kopi manis. Sesaji yang tidak diganti adalah :
o   Beras putih
o   Kapas
o   Cermin kecil
o   Sisir
o   Rokok
o   Sirih lengkap ( daun sirih, gambir, pinang muda dan kapur sirih )
o   Sehelai uang kertas nominal Rp 1.000,00
Sesaji yang ditambah adalah :
o   Empat buah cucur
o   Empat buah rengginan
o   Satu sisir pisang manis ( pisang mas )
o   Segelas air putih
o   Dua helai uang kertas nominal Rp 1.000,00
o   Dua batang rokok
o   Sebilah pisau
o   Sebutir telur itik rebus
o   Labu batang
Sesaji yang diganti dikembalikan pada posisi pertama . Sesaji yang tidak diganti ada juga yang berganti tempat yaitu sirih lengkap dan kapas ditaruh dalam piring sendiri, sedangkan sesaji yang tidak diganti lainnya tetap pada posisi semula. Sesaji- sesaji yang ditambah ditata sebagai berikut : empat buah cucur ditaruh diatas piring makan, empat rengginan juga ditaruh di atas piring makan, sesisir pisang ditaruh di atas piring makan, segelas air putih diletakkan di samping kopi manis, dua helai uang kertas dengan nominal Rp 1.000,00 digulung lalu ditancapkan diatas beras, dua batang rokok ditancapkan (bagian yang diisap di bawah ) di atas beras, sebilah pisau ditancapkan di atas nasi kunyit, telur itik rebus dan telur ayam kampong rebus dikupas lalu diletakkan di atas nasi kunyit, sebuah labu diletakkan dilantai bersama sesaji lainnya.
Sesaji yang ditambah pada proses perubahan yang ketiga adalah:
o   Sebatang rokok
o   Dua helai uang kertas dengan nilai nominal Rp 1.000,00
o   Sepiring kecil nasi kunyit
o   Tujuh helai lidi kelapa ( lidi gilo)
Rokok ditancapkan (bagian yang dibakar di bawah ) di samping rokok lain yang sudah ditancapkan sebelumnya. Uang kertas digulung lalu ditancap di samping gulungan uang kertas yang lainnya. Sepiring kecil nasi kunyit diletakkan di samping sesaji lainnya. Lidi ikat dijadikan satu diselipkan di ikatan lukah paling bawah.
Pada tengah malam sesaji yang diambil adalah kopi manis, sedangkan yang diganti adalah segelas air putih. Tambahan sesaji sebagai berikut :
o   Segelas air putih
o   Segelas teh manis
o   Sebutir itik rebus
o   Sebutir telur ayam kampung rebus
o   Sepiring nasi putih
o   Empat batang rokok
o   Sebilah pisau belati
Air putih dan teh manis diletakkan berdekatan, telur rebus dikupas lalu ditaruh diatas piring nasi putih, empat batang rokok ditancapkan diatas beras putih, pisau belati diselipkan di pinggang lukah atau diikatkan di bagian tengah, sesisir pisang sudah disajikan kini diolah yaitu dua buah dikupas lalu taruh di atas nasi kunyit piring kecil, sisanya diiris- iris lalu di taruh di dalam piring kecil.

v  Hari ketiga
Proses perubahan sesaji yang diambil adalah dua gelas air putir dan segelas teh manis. Sesaji yang ditambah adalah ;
o   Sepiring nasi kunyit
o   Sepincuk nasi kunyit
o   Lima buah cucur
o   Lima buah rengginan
o   Tiga gelas the pahit
Cucur dan rengginan yang lama ditumpuk berpasangan di dalam satu piring (rengginan di atas cucur). Cucur dan rengginan yang baru ditumpuk berpasangan hingga menjadi lima pasang: cucur di atas rengginan sebanyak tiga pasang, rengginan di atas cucur sebanyak dua pasang. Sepasang di atas irisan pisang, sepasang di atas dua buah pisang yang dikupas, sepasang di atas tumpukan cucur dan rengginan yang lama dan dua pasang lagi ditaruh di atas sepiring nasi kunyit yang baru. Nasi kunyit pincukan dan tiga gelas teh pahit diletakkan di antara sesaji yang lain.

v  Hari keempat
Proses persiapan yang terjadi adalah perubahan kostum lukah, penyembelihan ayam, pengambilan dan penggantian sesaji. Perubahan kostum lukah adalah tiga helai kain pembungkus dilepas. Lukah dipasangi tangan yang terbuat dari belahan bambu gila dan dipasangi kepala, terbuat dari labu batang yang sebelumnya telah disiapkan dalam sesaji. Kepala tersebut digambari mata, hidung dan mulut dengan kapur sirih. Kemudian lukah diberi busana baju taluak balanggo (kemeja hitam), selendang kuning menutup leher, selendang merah diselempangkan di badan (ditaruh di atas bahu kanan, kemudian disilangkan di badan sehingga kedua ujung kain diikatkan di samping kiri sisi badan), sesamping (sarung yang dipakai sebatas lutut) dan ikat pinggang. Lukah yang sudah berpakaian lengkap diletakkan di atas kain katidiang using (sejenis bakul tempat gabah yang sudah usang).
Penyembelihan ayam dilakukan di halaman rumah, ditangani langsung oleh kulipah. Ayam yang disembelih sebanyak empat ekor. Pada saat penyembelihan, kulipah membelakangi kiblat (menghadap ke timur). Sebelum ayam disembelih, leher ayam lebih dulu diasapi dengan dupa. Darah ayam ditampung di dalam kepala tempurung, sedangkan ayam yang sudah diiris lehernya dilepas di halaman yang nantinya dipakai sebagai arena pertunjukan.
Ayam yang sudah mati dibawa ke dapur untuk dimasak. Darah ayam yang ditampung dibawa ke samping lukah sebagai sesaji. Kulipah mengambil secarik daun pisang sebagai tempat mencampur kapur sirih, irisan getah gambir, dan sedikit darah ayam; campuran dari ketiga bahan ini kemudian dioleskan ke daun sirih (tiga helai); satu helai ditaruh di kepala lukah, satu helai diselipkan di dada lukah, dan yang satu helai lagi diselipkan di bagian perut lukah. Campuran tersebut juga dioleskan ke tujuh lidi gilo yang terikat dari pangkal hingga ujung lidi sebanyak tujuh kali, lalu lidi tersebut ditancapkan di atas beras bersama dengan rokok dan uang kertas. Sisa darah ayam dalam tempurung diletakkan bersama sesaji lainnya. Ketika mengoleskan darah ayam, kulipah mengucapkan mantera. Sesaji yang diambil pada bagian ini adalah tiga gelas teh pahit, pisang yang dikupas dan diiris, tiga piring nasi kunyit, nasi putih, cucur dan rengginan, telur rebus dan kapas. Sesaji yang diganti adalah sirih lengkap. Sesaji yang tinggal adalah sepincuk nasi kunyit, sisa darah ayam, sepiring beras putih berisi pisau, cermin, sisir, rokok, dan uang.
Setelah selesai azan Ashar, sesaji yang ditambah adalah dua genggam kacang tanah sangrai, dua genggam beras ketan putih sangrai, dua genggam jagung sangrai, empat batang rokok, tujuh jeruk, bunga rampai, sesisir pisang mas yang berisi lima buah, dan sebaskom air tawar.
Kacang tanah sangrai, beras ketan putih sangrai, dan jagung sangrai dicampur menjadi satu dan ditaruh dalam sebuah baki. Pisang ditaruh diatas campuran sangrai. Jeruk tujuh jenis yang diiris dimasukkan kedalam baskom yang berisi air tawar bersama dengan bunga rampai. Empat batang rokok ditancapkan di atas beras putih. Instrumen musik yang ditaruh di depan kulipah adalah enam pencu talempong bersama tiga batang pemukul dan sebuah kendang katindiak.
Sebelum pukul 18.00 lima orang laki- laki turut aktif dalam pertunjukkan lukah gilo. Mereka menyiapkan sarana yang diperlukan dalam pertunjukan. Yang dilakukan pada lukah hanya pemasangan destar hitam di kepala kulipah. Sebelum pertunjukkan latihan talempong pacik dan makan bersama.


·         Pertunjukan
Tanda pertunjukkan dimulai adalah dinyalakannya dupa. Baskom yang berisi jeruk tujuh jenis, air tawar dan bungai rampai diangkat dan dipegang di atas dupa lalu di manterai. Baskom tersebut ditambah dengan sisa darah ayam, sedikit kacang tanah sangrai dan pisang yang dikupas dipotong menjadi tiga, diaduk- aduk dengan kulit pisang sambil di manterai lagi. Lidi gilo yang tadinya di tancapkan diatas beras putih diusapi dengan air dari baskom yang tadi, kemudian lukah diperciki dengan air ramuan tadi dengan menggunakan kulit pisang untuk memercikkannya. Setelah itu, para musisi dan pendukung lainnya turun ke halaman, kecuali kulipah masih di dalam rumah bersama dengan lukah. Dupa ditaruh didepan musisi yang berbentuk formasi setengah lingkaran. Lidi gilo dipegang oleh salah satu pendukung dan mengasapinya dengan dupa, dan para musisi memainkan beberapa lagu instrumental. Pada saat penonton mulai datang dan aparat kepolisan maka lukah dibawa turun oleh kulipah dengan mantera. Lukah tersebut diletakkan di atas katidiang. Kemudian dua orang penari siap untuk menari dengan alunan melodi saluang, kemudian penari menarikan tari tradisional yaitu gerak bukak, gerak arak, gerak tapuak, gerak adau- adau, gerak siamang tagagau dan gerak rantak. Pada gerakan akhir , seorang penari menerima baskom yang berisi air ramuan. Baskom dibawa sambil menari kemudian berdiri memerciki lukah sebanyak empat kali dari bawah ke atas. Dan baskom di kembalikkan dan penari menuju tempat semula.
Untuk mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan terhadap penonton yang diakibatkan oleh datangnya jin, maka batas arena pertunjukkan diperciki dengan ramuan setelah tarian berakhir. Percikan dilakukkan sebanyak tiga kali putaran yang dimulai dari sebelah kiri lukah.
Pertunjukan baru dimulai saat tanda- tanda datangnya jin. Kulipah menunjuk sejumlah orang, paling sedik tiga orang. Semakin banyak orang yang memegang lukah maka semakin besar kekuatan yang dihasilkan oleh lukah. Lukah dimanterai lagi, lalu dipukul- pukul menggunakan lidi gilo dan diperciki air ramuan. Lukah diangkat dengan sejumlah orang tersebut dengan cara memegang bagian bawah lukah, diturunkan sedara perlahan hingga menyentuh tanah untuk memasukkan kekuatan magis. Kemudian lukah diperciki dan dipukul- pukul lagi. Dan kemudian lukah diangkat dengan posisi kuda- kuda jongkok hingga berdiri. Dalam proses inilah lukah mengeluarkan kekuatannya.
Lukah mulai bergerak ke kiri dan ke kanan, serta maju dan mundur. Semakin kuat memegang lukah, maka semakin kuat tenaga yang dikelurkan oleh lukah.







·         Penutup
Penutup adalah cara untuk memulangkan jin ke tempat semula. Upaca ini hanya dihadiri oleh kulipah dan ayahnya (mantan kulipah). Sesaji yang diperlukan adalah :
o   Dadiah ( susu sapi yang dikentalkan )
o   Karupuak jangek
o   Belut
o   Daun jelatang
o   Daun bio- bio
o   Kemenyan
o   Dupa dengan bara kepala tempurung
Sesaji diletakan di depan lukah, kemenyan dibakar dan dibacakan mantera. Jika jin sudah keluar dari kulipah maka kostum kulipah harus dilepaskan. Beberapa perubahan yang dilakukah oleh kulipah selama persipan sampai penutup adalah kulipah tidak melaksanakan salat atau aktivitas keislaman, ia tidak mandi, menjauhi air, mengurangi air, mengurangi minum, berpakaian kotor dan buruk, mengurangi gerak dan berpergian, dan lebih banyak dirumah. Tanda- tanda kedatangan jin adalah dengan bunyinya cicak yang hanya dapat dipahami oleh kulipah, kemudian kulipah menyambutnya dengan manjantiak lantai (menjentik lantai) sebanyak tiga kali sebagai tanda selamat datang kepada para jin. Kondisi tubuh kulipah menjadi lemas yang disebabkan ditumpangi oleh banyak jin.

4.      Lukah Gilo pada masyarakat Minangkabau
Lukah gilo pada desa Lumpo Timur, Kecamatan Ampek Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan yaitu Lukah Gilo diberi busana yang dikenakan pada lukah adalah busana layaknya pakaian adat seorang ibu Minangkabau sekaligus menandakan bahwa lukah gilo berjenis kelamin wanita. Lukah yang sudah dirias biasanya dipentaskan di tengah sawah selang beberapa hari setelah panen yan memberi indikasi bahwa pertunjukkan sebagai bagian dari kesuburan. Dan dimanterai serta jin masuk kedalam lukah.

Lukah gilo di Kanagarian Koto Kaciak, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman yaitu lukah diberi kain yang bercorak Minangkabau masa kini, pakaian penari mengikuti perkembangan busana tarian Minangkabau masa kini, tarian juga lebih mengarah ke sekuler, serta musik sudah dipengaruhi oleh islam yaitu rebana rampak.

Adat masyarakat pesisir dan rantau mengacu pada adat yang ada di pedalaman, sedangkan agama masyarakat pedalaman mengacu pada agama yang ada di pesisir. Pelaksanaan aktivitas budaya terutama yang berkaitan dengan warisan nenek moyang sangat tergantung dengan perspektif masyarakat yang didasarkan pada konsep darek dan pasisia (darat atau pedalaman dan pesisir). Konsep yang paling substansial adalah sikap masyarakat Minangkabau menghadapi budaya didasarkan pada pertimbangan agama dan pelaksanaan aktivitas keagamaan tanpa mengingkari hakikat adat.

2.3 Tinjauan fungsi dan makna tari Lukah Gilo
1)      Fungsi Tari Lukah Gilo
Sesuai dengan teori fungsi yang di rangkum oleh R. M. Soedarsono, fungsi primer dari pertunjukan tari lukah adalah sebagai hiburan pribadi perilaku pertunjukan dan sebagai estetis. Tari lukah gilo dipertunjukan dengan sangat antusias oleh para pendukungnya. Mereka tidak merasa terbebankan kegiatan ini, mereka melakukan kegiatan ini dengan senang hati karena mereka menikmati permainan itu. Dan pertunjukan yang bersifat estetis karena menonjolkan fungsi hiburan. Selain fungsi primer terdapat fungsi primer dari tari lukah gilo adalah sebagai pengikat solidaritas kelompok masyarakat, sebagai sarana legitimasi status sosial, dan sebagai sarana ekspresi kreativitas dan pelestarian budaya.


  
2)      Makna simbolik sesaji
§  Beras putih sebagai bekal bila bepergian bahkan sebagai simbol dari nafkah yang harus dicari. Beras putih disajikan kepada para jin sebagai jaminan apabila mereka ikut atau tunduk kepada kulipah maka mereka tidak akan kelaparan.
§  Nasi kunyit berarti nikmatnya suatu makanan bukan karena materi belaka, namun disebabkan oleh ketulusan hati yang menerima dan yang memberi, dan kalau sudah jadi niat hendaklah jangan berubah sebab dapat mencelakakan diri sendiri.
§  Ayam gulai sebagai salah satu simbol kemakmuran masyarakat.
§  Belut sebagai salah satu hasil tangkapan lukah yang juga hasil dari upaya para jin memasukkannya ke dalam lukah disuguhkan kembali bagi para jin.
§  Dadiah (air susu sapi yang dikentalkan) sebagaimana biasanya dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, baik dalam acara makan sehari- hari maupun acara makan dalam adat.
§  Kerupuk digunakan sebagai lauk pelengkap.
§  Telur sebagai lambang reproduksi atau kesuburan. Telur itik menjadi makanan bagi raja jin, sedangkan telur ayam kampung diperuntukkan bagi para wakil dan anggota jin.
§  Makanan selingan seperti kue, rokok, sirih lengkap dan sebagainya sebagai pengguncang jantung, hati, paru- pari dan ginjal para jin, dalam arti agar jin itu datang dengan penuh semangat.
§  Ramuan jeruk, bunga labu batang, daun- daunan, dan asap bakaran kemenyan sebagai penguras atau pemercik lukah yng didalamnya telah dimasuki ‘roh‘ yaitu jin yang diundang melalui mantera.
§  Belati sebagai pelengkap sesaji  jin laki- laki karena belati sebagai senjata yang sering dibawa oleh seorang laki- laki masyarakat Minangkabau atau bersimbol pendekar atau kejantanan.
§  Pisau dapur, sisir, cermin kecil, dan kapas sebagai pelengkap sesaji jin perempuan untuk mengurus rumah tangga dan mempercantik diri.
§  Uang sebagai kegembiraan untuk bekal memenuhi kebutuhan yang belum terdapat dalam sesaji dan apabila jin menurut kepada kulipah maka mereka akan berkelimpahan.
§  Rokok sebagai sarana pergaulan bagi para jin laki- laki seperti manusia.
§  Pisau yang ditancapkan di atas nasi kunyit sebagai para jin itu “bertuhankan” kulipah yang berarti harus tunduk atau patuh pada perintah kulipah.
§  Membakar kemenyan dengan bara kepala tempurung sebagai pendukung agar lukah dapat hidup, sebab kepala tempurung memiliki mata dan mulut.
§  Labu batang sebagai kepala manusia yang di dalamnya terdapat otak untuk menerima ilmu ( ilmu baik maupun ilmu buruk ).
§  Labu batang sebagai obat panas dalam dan berbagai penyakit lainnya.
             

BAB 3
KESIMPULAN

Lukah gilo merupakan kebudayaan dari masyarakat Minangkabau. Lukah gilo identik dengan kepercayaan animisme dan dinamisme, karena dalam melaksanakannya memanggil jin yang sangat bertentangan dengan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau yaitu agama Islam. Seiring dengan perkembangan zaman, tari lukah gilo melakukan beberapa inovasi baru antaranya ditarikan, dijadikan pertunjukkan umum kepada masyarakat, menggunakan music dan lain sebagainya yang pasti tidak hilang ciri khasnya yaitu memanggil jin dalam setiap pertunjukkannya..
Tetapi kini lukah gilo beralih fungsi dari bersifat magis ke sifat hiburan masyarakat walaupun masih memanggil jin dalam setiap pertunjukkannya. Walaupun kegiatan ini tidak terlepas dari budaya asli nenek moyang masyarakat Minangkabau yaitu memanggil jin dalam pertunjukan tari Lukah Gilo. Kita sebagai penerus bangsa Indonesia harus melestarikan apapun kebudayaan yang terdapat di sebuah masyarakat agar kebudayaan tersebut tidak terkikis oleh ruang dan waktu. Kita harus bangga terhadap bangsa yang kaya akan kebudayaan di setiap daerah dari sabang hingga marauke, tanpa membedakan kesukuan masing- masing.





DAFTAR ISI

1.      Desfiarni. 2004. Tari Lukah Gilo: sebagai rekaman budaya Minangkabau pra Islam ; dari magis ke seni pertunjukkan sekuler. Jogjakarta: Kalika.
2.      www.google.com (gambar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar