KEBUDAYAAN MINANGKABAU
TARI LUKAH GILO
Pengertian Tari Lukah Gilo
Masyarakat Minangkabau dikenal sebagai
penganut agama islam yang taat, hanya percaya kepada Tuhan seperti yang
diajarkan oleh Islam. Namun, masih terdapat aktivitas budaya yang bertentangan
dengan Islam. Salah satu diantaranya adalah tari Lukah Gilo yang hingga kini
masih dapat ditemukan dan berkembang di Nagari Padang Magek, Sumatra Barat.
Lukah adalah semacam bubu berbentuk
jantung yang digabung dengan sejenis batang sehingga memiliki bentuk yang khas
yang dibentuk dari bambu atau lidi, digunakan untuk alat penangkap ikan atau
belut. Lukah dipasangi dua buah perangkap hingga ikan dapat masuk dan tidak
dapat keluar. Umpan dimasukkan kedalam lukah, kemudian dibenamkan di sungai
selama satu malam, dan keesokannya diangkat.
Menggunakan lukah untuk menangkap ikan
di sungai, hasil tangkapan ikannya tergantung pada nasib seseorang tersebut.
Maka perlu dicegah agar ikan dapat lebih banyak masuk ke dalam lukah dan tidak
dicuri oleh orang lain. Lukah dimanterai agar ikan menjadi gilo (gila atau
mabuk) agar masuk ke dalam lukah, dan kalau sudah banyak ikan yang masuk,
diharapkan lukah tidak dicuri oleh orang lain untuk diambil ikannya. Peristiwa
tersebut yaitu lukah yang diberi mantera disebut Lukah Gilo. Lukah Gilo
kemudian berkembang menjadi sarana guna- guna, sarana pengobatan dan seni
pertunjukan tari.
Lukah Gilo berkembang menjadi tari. Penyajiannya
melalui proses yang cukup unik, dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
1.
Proses persiapan
yaitu menyediakan berbagai macam sesaji yang rumit untuk memanggil jin.
2.
Pementasan
dipimpin oleh kulipah untuk menghadirkan jin untuk meng-gilo-kan lukah.
3.
Penutup untuk
mengembalikan para jin ke tempat semula saat dipanggil.
Lukah gilo awalnya tidak disertai dengan
unsur seni lain seperti musik, vocal atau instrumen. Pada perkembangannya lukah
diberi beberapa unsur seni lain digunakan sebagai musik pengiring dan busana yang
sesuai, bahkan lukah pun ditarikan sehingga disebut tari Lukah Gilo. Fungsi
primernya lukah gilo telah berubah dari kegiatan magis memaggil jin menjadi sebuah
pertunjukan seni untuk menghibur masyarakat.
Pertunjukan Lukah Gilo dilaksanakan setelah
salat Isya. Sebelum pertunjukan dimulai, alat- alat yang digunakan untuk pertunjukan
diasapi kemenyan oleh kulipah dengan tujuan untuk menyucikan dan mengesahkan
bahwa benda- benda tersebut sudah menjadi benda- benda sakral serta memberi
kekuatan gaib melalui roh– roh halus yang dipanggil. Pertunjukan tari Lukah
Gilo diawali dengan suara musik, kemudian lukah dibawa ke halaman rumah sebagai
arena pertunjukkan. Pertunjukkan dipimpin oleh kulipah, mulai dari persiapan,
pementasan dan penutup.
Namun tari Lukah Gilo tetap tidak
meninggalkan esensi semula, yaitu kekuatan magis yang menjadi ciri khas utama. Lukah Gilo yang dahulu hanya
digunakan sebagai sarana dengan nuasa magis, berkembang fungsinya yakni dapat digunakan
sebagai sarana dalam upacara pengangkatan penghulu, perhelatan Nagari dan
upacara perkawinan.
Perkembangan Lukah Gilo saat ini adalah
lukah yang diberi kekuatan magis, dipertontonkan kepada masyarakat umum
sehingga kesenian tersebut memiliki multi fungsi selain sebagai hiburan juga
untuk membuktikan dan melegitimasi status atau kepawangan seorang kulipah.
2.2 Pembuatan dan Pertunjukan Lukah Gilo
1.
Lukah
·
Bahan
Bahan
yang perlukan untuk membuat lukah sebagai sarana pertunjukan adalah bambu gila,
akar gila, dan lidi gila. Bambu gila adalah bambu yang masih tumbuh berdiri
yang bergerak sendiri tanpa henti, walaupun tanpa ada angin atau sesuatu yang
menggerakannya. Akar gila adalah akar pohon yang masih hidup, yang berjuntai
yang bergerak sendiri tanpa henti. Lidi gila adalah lidi daun kelapa atau enau
yang bergerk tanpa henti.
Bahan
yang digunakan untuk membuat lukah sebagai sarana penangkap ikan adalah bambu,
lidi, rotan, dan tempurum kelapa, tetapi tidak harus gila.
·
Pembuatan
ü Untuk pertunjukan
Bambu
gila diraut kecil hingga menyerupai lidi sebanyak ±225 batang, kemudian
dipotong sepanjang ±120cm sebanyak 90 batang, sepanjang 40cm sebanyak 85 batang
diruncingkan. Akar dibelah dan dibersihkan sehingga berbentuk rotan sebagai
pengikat. Lidi gila yang dibutuhkan cukup sebanyak tujuh batang yang dalam
pertunjukan sebagai cambuk.
Bambu
diraut dengan lebar 1,5cm tebal 0,5cm dan panjang 125cm sebanyak dua batang,
sepanjang 110cm sebanyak satu batang, sepanjang 95cm sebanyak satu batang, dan
sepanjang 80cm sebanyak satu batang. Kelimanya untuk rangka badan lukah;
sedangkan untuk perangkap lukah panjang 100cm sebanyak satu batang, dan 70 cm
sebanyak satu batang. Kedua ujung bambu dipertipis sepanjang 10cm, semakin ke ujung
semakin tipis untuk dijadikan sambungan. Kedua ujung ditemukan dengan ujung yang
tipis dilapis dua, lalu diikat dengan akar. Dengan menggabungkan kedua ujung
bambu tersebut, maka didapatlah lingkaran bambu sebanyak 5 lingkaran: 2
berdiameter 40cm, 1 diameter 20cm; 2 lingkaran yakni berdiameter 39cm dan 29cm.
Bambu
kecil yang sudah dihaluskan yang panjang 120cm diikat dengan akar ke lingkaran-
lingkaran bambu dengan urutan paling ujung adalah lingkaran bambu dengan diameter
20cm, 35cm, dan 40cm. Dan proses tersebut telah menghasilkan bagian badan
lukah.
Langkah
selanjutnya yaitu membuat bagian perangkap. Perangkap yang digunakan dalam
lukah ada dua buah, satu dipasang di bagian ujung lukah yang besar dan yang
satu lagi dipasang dibagian tengah atau bagian pinggang.
Bambu
kecil yang panjangnya 40cm (bagian yang tumpul) diikatkan ke lingkaran bambu
yang berdiameter 39cm. Semua ujung bambu yang runcing diarahkan ke satu titik
dengan susunan yang tidak boleh rapi. Apabila ada kedapatan secara kebetulan
susunan bambu yang rapi, maka disisipkan sesuatu untuk membuat bambu-bambu
tersebut menjadi tidak rapi. Bagian yang tidak rapi inilah yang menjadikannya
sebagai perangkap.
ü Untuk menangkap ikan
Lukah
yang untuk menangkap ikan berukuran lebih kecil yaitu panjang ±100cm dan
diameter ±25cm. Bambu yang diraut kecil diganti lidi; akar gila diganti rotan;
proses pembuatannya sama. Tampurung kalapa digunakan sebagai penutup lukah
bagian ujung paling kecil. Pinggir tempurung kelapa dilubangi sebanyak tiga
lubang. Ketiga lubang ini dikaitkan ke lingkaran bambu paling ujung. Tempurung
penutup ini berfungsi sebagai bagian yang dibuka untuk mengambil ikan hasil
tangkapan atau sebagai pintu untuk memasukkan umpan ke dalam lukah. Dengan
dikerjakannya bagian penutup ini, maka didapatlah lukah yang sudah siap dioperasikan.
Apabila jarak antara lingkaran bambu yang satu terlalu jauh dengan lingkaran
bambu yang lain, akan mengakibatkan terlalu lenturnya lidi badan lukah dan
rawan untuk lepasnya ikan terperangkap. Hal ini dapat diatasi dengan
menambahkan ayaman rotan diantara lingkaran bambu yang satu dengan yang lain.
·
Penggunaan
Lukah
semalam suntuk dibiarkan terendam di dalam air. Keesokan harinya, ada atau
tidak ada ikan yang terperangkap, lukah diangkat lalu dibawa pulang dan siap
dioperasikan pada senja hari berikutnya. Kalau lukah dibiarakan berlama- lama
di dalam air, maka lukah akan cepat lapuk dan rusak.
2.
Lukah Gilo
·
Menangkap ikan
Lukah
yang digunakan sebagai alat penangkap ikan adalah lukah yang dimanterai oleh kulipah
(mantera dirahasiakan). Walaupun mantera dirahasiakan, namun berfungsi untuk
memanggil malaikat dan raja jin ke bumi agar memberi kekuatan dan kekuasaan
kepada kulipah untuk menggilakan ikan agar masuk ke dalam lukah, dan menangkal
semua niat jahat yang ingin mencuri lukah yang berisi ikan.
·
Magi guna- guna
ü Sijundai
Biasanya
kasus yang menyebabkan lukah digunakan guna- guna adalah kekecewaan seorang
bujang mendapatkan cinta dari seorang gadis yang dia sukai; seorang gadis yang
berperilaku yang tidak baik sehingga membuat bujang menjadi tersinggung dan
terluka hatinya; atau seseorang lain yang membuat sesuatu konflik yang tidak
wajar.
Untuk
mewujudkan niat buruk ini, pihak yang membutuhkan atau yang merasa konflik datang
kepada kulipah untuk meminta agar menggilokan seseorang yang dimaksud. Kulipah
menerima permohonan ini dengan beberapa syarat. Selain upah yang kulipah terima
dari hasil meng-guna-guna seseorang, kulipah juga memberi syarat yaitu apapun
yang terjadi tidak akan menjadi tanggung jawab kulipah tetapi ditanggung oleh
yang meminta pertolongan kepada kulipah, dengan kata lain semua akibat dari
perbuatan ini diluar tanggung jawab kulipah.
ü Pengobatan
Lukah
Gilo dapat digunakan sebagai sarana pengobatan. Lukah Gilo dijadikan sebagai perantara
si sakit untuk dimanterai oleh kulipah. Selain memanterai lukah, beberapa
ramuan tradisional juga digunakan untuk menyembuhkan penyakit, jenis ramuan itu
tergantung dari jenis penyakit yang diderita. Ada juga yang datang untuk
meminta petunjuk tertentu dalam melaksanakan usaha mencari nafkah, ada juga
yang datang untuk minta perlindungan magis (sejenis kawalan para jin).
3.
Tari Lukah Gilo
·
Persiapan
Pertunjukan
tari Lukah Gilo memerlukan empat hari untuk persiapan atau proses pertunjukan.
Persiapan ini dilakukan secara bertahap yang memakan waktu sangat panjang
terutama dalam penyediaan sesaji.
v Hari pertama
ü Sesaji dan bahan yang dibutuhkan atau pada saat
mematikan lukah adalah sebagai berikut :
o
Lukah
o
Tiga helai kain (
3m kain putih, 3m kain merah, dan 3m kain hitam)
o
Bunga tiga jenis
( kenanga, tanjung, dan mawar)
o
Tujuh jenis jeruk
( jeruk kapas, purut, sarik, rungga, kambing, pasir dan pedang )
o
Sebaskom air
tawar
o
Nasi kunyit
o
Satu gelas kopi
o
Satu gelas teh
manis
o
Beras putih
o
Dua batang rokok
o
Sebilah pisau
o
Cermin kecil
o
Sisir
o
Sirih lengkap (
daun sirih, gambir, pinang muda dan kapur sirih )
o
Kemenyan
o
Bara kepala tempurung
(tempurung yang bermata)
o
Anglo dupa
o
Sehelai uang
kertas nominal Rp 1.000,00
Ketiga jenis bunga sebagian ditaruh di
atas sebuah piring makan, dan sebagian lagi ditaruh dalam baskom yang berisi
air tawar. Jeruk diiris lalu dimasukkan ke dalam air tawar dalam baskom. Nasi
kuning ditaruh di atas piring makan. Beras putih ditaruh di atas piring makan.
Kedua batang rokok ditancapkan (bagian ujung yang utuh dinyalakan ke bawah ) di
atas beras putih. Uang kertas digulung lalu ditancapkan juga diatas beras.
Cermin, sisir dan sirih lengkap diletakkan di atas beras putih. Kemenyan
dibakar dengan kepala tempurung di anglo dupa.
ü Proses pembungkusan Lukah
Proses
pembungkusan lukah (yang oleh kulipah disebut dengan mematikan lukah) dipimpin
oleh kulipah. Sebelum diadakan pembacaan mantera atau memanggil jin, lebih
dahulu diadakan pengamanan atau perlindungan magis terhadap anggota keluarga
dan semua anggota yang terlibat dalam proses ini. Perlindungan menggunakan
kapur sirih bertanda silang di telapak kaki masing- masing. Kain dibentangkan
tiga lapis: kain hitam paling bawah, kain merah di tengah, dan kain putih
paling atas. Lukah didirikan di atas kain yang membentang. Jeruk tujuh jenis
dan bunga tiga rupa dimasukkan ke dalam baskom berisi air tawar, lalu diangkat
dipegang di atas dupa, dimanterai oleh kulipah.
Lukah
diangkat lalu diasapi bagian pinggangnya di atas dupa sambil dimaterai, lalu
direbahkan di atas kain tiga warna yang sudah dibentangkan. Lukah yang sudah
rebah ditaburi bunga tiga rupa, lalu diperciki air tawar campuran potongan
jeruk tujuh rupa sebanyak tujuh kali. Lukah yang sudah diperciki dan ditaburi
bunga dimanterai lagi (mantera dirahasiakan oleh kulipah) lalu dibungkus dengan
kain tiga warna yang sudah dibentangkan. Susunan pembungkus lukah adalah paling
dalam kain putih, di tengah adalah kain merah, yang paling luar kain hitam.
Lukah yang sudah terbungkus rapi kemudian diikat dengan tiga helai tali yang
terbuat dari kain putih. Lukah yang sudah terikat didirikan lalu diperciki lagi
dengan sisa air ramuan sebanyak lima kali, kemudian diangkat dan dipindahkan ke
sudut kamar tamu untuk menghindarkan dari jangkauan anak- anak atau agar tidak
dilewati dengan sembarangan dan terakhir dipasangi peci hitam. Sesaji lain
(yang belum digunakan) juga dimanterai diletakkan di depan lukah sebagai
suguhan bagi para jin yang datang.
v Hari kedua
Selama
proses berlangsung, ada sesaji yang diambil, ditambah dan diganti. Sesaji yang
diambil adalah teh manis, sedangkan sesaji yang yang di ganti adalah nasi
kunyit dan kopi manis. Sesaji yang tidak diganti adalah :
o
Beras putih
o
Kapas
o
Cermin kecil
o
Sisir
o
Rokok
o
Sirih lengkap (
daun sirih, gambir, pinang muda dan kapur sirih )
o
Sehelai uang
kertas nominal Rp 1.000,00
Sesaji yang ditambah adalah :
o
Empat buah cucur
o
Empat buah
rengginan
o
Satu sisir pisang
manis ( pisang mas )
o
Segelas air putih
o
Dua helai uang
kertas nominal Rp 1.000,00
o
Dua batang rokok
o
Sebilah pisau
o
Sebutir telur
itik rebus
o
Labu batang
Sesaji yang diganti dikembalikan pada
posisi pertama . Sesaji yang tidak diganti ada juga yang berganti tempat yaitu
sirih lengkap dan kapas ditaruh dalam piring sendiri, sedangkan sesaji yang
tidak diganti lainnya tetap pada posisi semula. Sesaji- sesaji yang ditambah
ditata sebagai berikut : empat buah cucur ditaruh diatas piring makan, empat
rengginan juga ditaruh di atas piring makan, sesisir pisang ditaruh di atas
piring makan, segelas air putih diletakkan di samping kopi manis, dua helai uang
kertas dengan nominal Rp 1.000,00 digulung lalu ditancapkan diatas beras, dua
batang rokok ditancapkan (bagian yang diisap di bawah ) di atas beras, sebilah
pisau ditancapkan di atas nasi kunyit, telur itik rebus dan telur ayam kampong
rebus dikupas lalu diletakkan di atas nasi kunyit, sebuah labu diletakkan
dilantai bersama sesaji lainnya.
Sesaji yang ditambah pada proses
perubahan yang ketiga adalah:
o
Sebatang rokok
o
Dua helai uang
kertas dengan nilai nominal Rp 1.000,00
o
Sepiring kecil
nasi kunyit
o
Tujuh helai lidi
kelapa ( lidi gilo)
Rokok ditancapkan (bagian yang dibakar
di bawah ) di samping rokok lain yang sudah ditancapkan sebelumnya. Uang kertas
digulung lalu ditancap di samping gulungan uang kertas yang lainnya. Sepiring
kecil nasi kunyit diletakkan di samping sesaji lainnya. Lidi ikat dijadikan
satu diselipkan di ikatan lukah paling bawah.
Pada tengah malam sesaji yang diambil
adalah kopi manis, sedangkan yang diganti adalah segelas air putih. Tambahan
sesaji sebagai berikut :
o
Segelas air putih
o
Segelas teh manis
o
Sebutir itik
rebus
o
Sebutir telur
ayam kampung rebus
o
Sepiring nasi
putih
o
Empat batang
rokok
o
Sebilah pisau
belati
Air putih dan teh manis diletakkan
berdekatan, telur rebus dikupas lalu ditaruh diatas piring nasi putih, empat
batang rokok ditancapkan diatas beras putih, pisau belati diselipkan di
pinggang lukah atau diikatkan di bagian tengah, sesisir pisang sudah disajikan
kini diolah yaitu dua buah dikupas lalu taruh di atas nasi kunyit piring kecil,
sisanya diiris- iris lalu di taruh di dalam piring kecil.
v Hari ketiga
Proses
perubahan sesaji yang diambil adalah dua gelas air putir dan segelas teh manis.
Sesaji yang ditambah adalah ;
o
Sepiring nasi
kunyit
o
Sepincuk nasi
kunyit
o
Lima buah cucur
o
Lima buah
rengginan
o
Tiga gelas the
pahit
Cucur dan rengginan yang lama ditumpuk
berpasangan di dalam satu piring (rengginan di atas cucur). Cucur dan rengginan
yang baru ditumpuk berpasangan hingga menjadi lima pasang: cucur di atas
rengginan sebanyak tiga pasang, rengginan di atas cucur sebanyak dua pasang.
Sepasang di atas irisan pisang, sepasang di atas dua buah pisang yang dikupas,
sepasang di atas tumpukan cucur dan rengginan yang lama dan dua pasang lagi
ditaruh di atas sepiring nasi kunyit yang baru. Nasi kunyit pincukan dan tiga
gelas teh pahit diletakkan di antara sesaji yang lain.
v Hari keempat
Proses
persiapan yang terjadi adalah perubahan kostum lukah, penyembelihan ayam,
pengambilan dan penggantian sesaji. Perubahan kostum lukah adalah tiga helai
kain pembungkus dilepas. Lukah dipasangi tangan yang terbuat dari belahan bambu
gila dan dipasangi kepala, terbuat dari labu batang yang sebelumnya telah
disiapkan dalam sesaji. Kepala tersebut digambari mata, hidung dan mulut dengan
kapur sirih. Kemudian lukah diberi busana baju taluak balanggo (kemeja hitam),
selendang kuning menutup leher, selendang merah diselempangkan di badan (ditaruh
di atas bahu kanan, kemudian disilangkan di badan sehingga kedua ujung kain
diikatkan di samping kiri sisi badan), sesamping (sarung yang dipakai sebatas
lutut) dan ikat pinggang. Lukah yang sudah berpakaian lengkap diletakkan di
atas kain katidiang using (sejenis bakul tempat gabah yang sudah usang).
Penyembelihan
ayam dilakukan di halaman rumah, ditangani langsung oleh kulipah. Ayam yang
disembelih sebanyak empat ekor. Pada saat penyembelihan, kulipah membelakangi
kiblat (menghadap ke timur). Sebelum ayam disembelih, leher ayam lebih dulu
diasapi dengan dupa. Darah ayam ditampung di dalam kepala tempurung, sedangkan
ayam yang sudah diiris lehernya dilepas di halaman yang nantinya dipakai
sebagai arena pertunjukan.
Ayam
yang sudah mati dibawa ke dapur untuk dimasak. Darah ayam yang ditampung dibawa
ke samping lukah sebagai sesaji. Kulipah mengambil secarik daun pisang sebagai
tempat mencampur kapur sirih, irisan getah gambir, dan sedikit darah ayam;
campuran dari ketiga bahan ini kemudian dioleskan ke daun sirih (tiga helai);
satu helai ditaruh di kepala lukah, satu helai diselipkan di dada lukah, dan
yang satu helai lagi diselipkan di bagian perut lukah. Campuran tersebut juga
dioleskan ke tujuh lidi gilo yang terikat dari pangkal hingga ujung lidi
sebanyak tujuh kali, lalu lidi tersebut ditancapkan di atas beras bersama
dengan rokok dan uang kertas. Sisa darah ayam dalam tempurung diletakkan
bersama sesaji lainnya. Ketika mengoleskan darah ayam, kulipah mengucapkan
mantera. Sesaji yang diambil pada bagian ini adalah tiga gelas teh pahit,
pisang yang dikupas dan diiris, tiga piring nasi kunyit, nasi putih, cucur dan
rengginan, telur rebus dan kapas. Sesaji yang diganti adalah sirih lengkap.
Sesaji yang tinggal adalah sepincuk nasi kunyit, sisa darah ayam, sepiring
beras putih berisi pisau, cermin, sisir, rokok, dan uang.
Setelah
selesai azan Ashar, sesaji yang ditambah adalah dua genggam kacang tanah
sangrai, dua genggam beras ketan putih sangrai, dua genggam jagung sangrai, empat
batang rokok, tujuh jeruk, bunga rampai, sesisir pisang mas yang berisi lima
buah, dan sebaskom air tawar.
Kacang
tanah sangrai, beras ketan putih sangrai, dan jagung sangrai dicampur menjadi
satu dan ditaruh dalam sebuah baki. Pisang ditaruh diatas campuran sangrai.
Jeruk tujuh jenis yang diiris dimasukkan kedalam baskom yang berisi air tawar
bersama dengan bunga rampai. Empat batang rokok ditancapkan di atas beras
putih. Instrumen musik yang ditaruh di depan kulipah adalah enam pencu
talempong bersama tiga batang pemukul dan sebuah kendang katindiak.
Sebelum
pukul 18.00 lima orang laki- laki turut aktif dalam pertunjukkan lukah gilo. Mereka
menyiapkan sarana yang diperlukan dalam pertunjukan. Yang dilakukan pada lukah
hanya pemasangan destar hitam di kepala kulipah. Sebelum pertunjukkan latihan
talempong pacik dan makan bersama.
·
Pertunjukan
Tanda
pertunjukkan dimulai adalah dinyalakannya dupa. Baskom yang berisi jeruk tujuh
jenis, air tawar dan bungai rampai diangkat dan dipegang di atas dupa lalu di
manterai. Baskom tersebut ditambah dengan sisa darah ayam, sedikit kacang tanah
sangrai dan pisang yang dikupas dipotong menjadi tiga, diaduk- aduk dengan
kulit pisang sambil di manterai lagi. Lidi gilo yang tadinya di tancapkan
diatas beras putih diusapi dengan air dari baskom yang tadi, kemudian lukah
diperciki dengan air ramuan tadi dengan menggunakan kulit pisang untuk
memercikkannya. Setelah itu, para musisi dan pendukung lainnya turun ke
halaman, kecuali kulipah masih di dalam rumah bersama dengan lukah. Dupa
ditaruh didepan musisi yang berbentuk formasi setengah lingkaran. Lidi gilo
dipegang oleh salah satu pendukung dan mengasapinya dengan dupa, dan para
musisi memainkan beberapa lagu instrumental. Pada saat penonton mulai datang
dan aparat kepolisan maka lukah dibawa turun oleh kulipah dengan mantera. Lukah
tersebut diletakkan di atas katidiang. Kemudian dua orang penari siap untuk
menari dengan alunan melodi saluang, kemudian penari menarikan tari tradisional
yaitu gerak bukak, gerak arak, gerak tapuak, gerak adau- adau, gerak siamang
tagagau dan gerak rantak. Pada gerakan akhir , seorang penari menerima baskom
yang berisi air ramuan. Baskom dibawa sambil menari kemudian berdiri memerciki
lukah sebanyak empat kali dari bawah ke atas. Dan baskom di kembalikkan dan
penari menuju tempat semula.
Untuk
mengantisipasi hal- hal yang tidak diinginkan terhadap penonton yang
diakibatkan oleh datangnya jin, maka batas arena pertunjukkan diperciki dengan
ramuan setelah tarian berakhir. Percikan dilakukkan sebanyak tiga kali putaran
yang dimulai dari sebelah kiri lukah.
Pertunjukan
baru dimulai saat tanda- tanda datangnya jin. Kulipah menunjuk sejumlah orang,
paling sedik tiga orang. Semakin banyak orang yang memegang lukah maka semakin
besar kekuatan yang dihasilkan oleh lukah. Lukah dimanterai lagi, lalu dipukul-
pukul menggunakan lidi gilo dan diperciki air ramuan. Lukah diangkat dengan
sejumlah orang tersebut dengan cara memegang bagian bawah lukah, diturunkan
sedara perlahan hingga menyentuh tanah untuk memasukkan kekuatan magis.
Kemudian lukah diperciki dan dipukul- pukul lagi. Dan kemudian lukah diangkat
dengan posisi kuda- kuda jongkok hingga berdiri. Dalam proses inilah lukah
mengeluarkan kekuatannya.
Lukah
mulai bergerak ke kiri dan ke kanan, serta maju dan mundur. Semakin kuat
memegang lukah, maka semakin kuat tenaga yang dikelurkan oleh lukah.
·
Penutup
Penutup
adalah cara untuk memulangkan jin ke tempat semula. Upaca ini hanya dihadiri
oleh kulipah dan ayahnya (mantan kulipah). Sesaji yang diperlukan adalah :
o
Dadiah ( susu
sapi yang dikentalkan )
o
Karupuak jangek
o
Belut
o
Daun jelatang
o
Daun bio- bio
o
Kemenyan
o
Dupa dengan bara kepala
tempurung
Sesaji diletakan di depan lukah,
kemenyan dibakar dan dibacakan mantera. Jika jin sudah keluar dari kulipah maka
kostum kulipah harus dilepaskan. Beberapa perubahan yang dilakukah oleh kulipah
selama persipan sampai penutup adalah kulipah tidak melaksanakan salat atau
aktivitas keislaman, ia tidak mandi, menjauhi air, mengurangi air, mengurangi
minum, berpakaian kotor dan buruk, mengurangi gerak dan berpergian, dan lebih
banyak dirumah. Tanda- tanda kedatangan jin adalah dengan bunyinya cicak yang
hanya dapat dipahami oleh kulipah, kemudian kulipah menyambutnya dengan
manjantiak lantai (menjentik lantai) sebanyak tiga kali sebagai tanda selamat
datang kepada para jin. Kondisi tubuh kulipah menjadi lemas yang disebabkan
ditumpangi oleh banyak jin.
4.
Lukah Gilo pada
masyarakat Minangkabau
Lukah gilo pada desa Lumpo
Timur, Kecamatan Ampek Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan yaitu Lukah Gilo diberi
busana yang dikenakan pada lukah adalah busana layaknya pakaian adat seorang
ibu Minangkabau sekaligus menandakan bahwa lukah gilo berjenis kelamin wanita.
Lukah yang sudah dirias biasanya dipentaskan di tengah sawah selang beberapa
hari setelah panen yan memberi indikasi bahwa pertunjukkan sebagai bagian dari
kesuburan. Dan dimanterai serta jin masuk kedalam lukah.
Lukah gilo di Kanagarian
Koto Kaciak, Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman yaitu lukah diberi kain yang
bercorak Minangkabau masa kini, pakaian penari mengikuti perkembangan busana
tarian Minangkabau masa kini, tarian juga lebih mengarah ke sekuler, serta
musik sudah dipengaruhi oleh islam yaitu rebana rampak.
Adat masyarakat pesisir dan
rantau mengacu pada adat yang ada di pedalaman, sedangkan agama masyarakat
pedalaman mengacu pada agama yang ada di pesisir. Pelaksanaan aktivitas budaya
terutama yang berkaitan dengan warisan nenek moyang sangat tergantung dengan
perspektif masyarakat yang didasarkan pada konsep darek dan pasisia (darat atau
pedalaman dan pesisir). Konsep yang paling substansial adalah sikap masyarakat
Minangkabau menghadapi budaya didasarkan pada pertimbangan agama dan
pelaksanaan aktivitas keagamaan tanpa mengingkari hakikat adat.
2.3 Tinjauan fungsi dan makna tari Lukah Gilo
1)
Fungsi Tari Lukah
Gilo
Sesuai dengan teori fungsi yang di rangkum oleh R. M.
Soedarsono, fungsi primer dari pertunjukan tari lukah adalah sebagai hiburan
pribadi perilaku pertunjukan dan sebagai estetis. Tari lukah gilo dipertunjukan
dengan sangat antusias oleh para pendukungnya. Mereka tidak merasa terbebankan
kegiatan ini, mereka melakukan kegiatan ini dengan senang hati karena mereka
menikmati permainan itu. Dan pertunjukan yang bersifat estetis karena
menonjolkan fungsi hiburan. Selain fungsi primer terdapat fungsi primer dari
tari lukah gilo adalah sebagai pengikat solidaritas kelompok masyarakat,
sebagai sarana legitimasi status sosial, dan sebagai sarana ekspresi
kreativitas dan pelestarian budaya.
2)
Makna simbolik
sesaji
§ Beras putih sebagai bekal bila bepergian bahkan
sebagai simbol dari nafkah yang harus dicari. Beras putih disajikan kepada para
jin sebagai jaminan apabila mereka ikut atau tunduk kepada kulipah maka mereka
tidak akan kelaparan.
§ Nasi kunyit berarti nikmatnya suatu makanan bukan
karena materi belaka, namun disebabkan oleh ketulusan hati yang menerima dan
yang memberi, dan kalau sudah jadi niat hendaklah jangan berubah sebab dapat
mencelakakan diri sendiri.
§ Ayam gulai sebagai salah satu simbol kemakmuran
masyarakat.
§ Belut sebagai salah satu hasil tangkapan lukah yang
juga hasil dari upaya para jin memasukkannya ke dalam lukah disuguhkan kembali
bagi para jin.
§ Dadiah (air susu sapi yang dikentalkan) sebagaimana
biasanya dalam kehidupan masyarakat Minangkabau, baik dalam acara makan sehari-
hari maupun acara makan dalam adat.
§ Kerupuk digunakan sebagai lauk pelengkap.
§ Telur sebagai lambang reproduksi atau kesuburan. Telur
itik menjadi makanan bagi raja jin, sedangkan telur ayam kampung diperuntukkan
bagi para wakil dan anggota jin.
§ Makanan selingan seperti kue, rokok, sirih lengkap dan
sebagainya sebagai pengguncang jantung, hati, paru- pari dan ginjal para jin,
dalam arti agar jin itu datang dengan penuh semangat.
§ Ramuan jeruk, bunga labu batang, daun- daunan, dan
asap bakaran kemenyan sebagai penguras atau pemercik lukah yng didalamnya telah
dimasuki ‘roh‘ yaitu jin yang diundang melalui mantera.
§ Belati sebagai pelengkap sesaji jin laki- laki karena belati sebagai senjata
yang sering dibawa oleh seorang laki- laki masyarakat Minangkabau atau
bersimbol pendekar atau kejantanan.
§ Pisau dapur, sisir, cermin kecil, dan kapas sebagai
pelengkap sesaji jin perempuan untuk mengurus rumah tangga dan mempercantik
diri.
§ Uang sebagai kegembiraan untuk bekal memenuhi
kebutuhan yang belum terdapat dalam sesaji dan apabila jin menurut kepada
kulipah maka mereka akan berkelimpahan.
§ Rokok sebagai sarana pergaulan bagi para jin laki-
laki seperti manusia.
§ Pisau yang ditancapkan di atas nasi kunyit sebagai
para jin itu “bertuhankan” kulipah yang berarti harus tunduk atau patuh pada
perintah kulipah.
§ Membakar kemenyan dengan bara kepala tempurung sebagai
pendukung agar lukah dapat hidup, sebab kepala tempurung memiliki mata dan
mulut.
§ Labu batang sebagai kepala manusia yang di dalamnya
terdapat otak untuk menerima ilmu ( ilmu baik maupun ilmu buruk ).
§ Labu batang sebagai obat panas dalam dan berbagai penyakit
lainnya.
BAB 3
KESIMPULAN
Lukah gilo merupakan kebudayaan dari
masyarakat Minangkabau. Lukah gilo identik dengan kepercayaan animisme dan
dinamisme, karena dalam melaksanakannya memanggil jin yang sangat bertentangan
dengan yang dianut oleh sebagian besar masyarakat Minangkabau yaitu agama Islam.
Seiring dengan perkembangan zaman, tari lukah gilo melakukan beberapa inovasi
baru antaranya ditarikan, dijadikan pertunjukkan umum kepada masyarakat,
menggunakan music dan lain sebagainya yang pasti tidak hilang ciri khasnya
yaitu memanggil jin dalam setiap pertunjukkannya..
Tetapi kini lukah gilo beralih fungsi
dari bersifat magis ke sifat hiburan masyarakat walaupun masih memanggil jin
dalam setiap pertunjukkannya. Walaupun kegiatan ini tidak terlepas dari budaya
asli nenek moyang masyarakat Minangkabau yaitu memanggil jin dalam pertunjukan
tari Lukah Gilo. Kita sebagai penerus bangsa Indonesia harus melestarikan
apapun kebudayaan yang terdapat di sebuah masyarakat agar kebudayaan tersebut
tidak terkikis oleh ruang dan waktu. Kita harus bangga terhadap bangsa yang
kaya akan kebudayaan di setiap daerah dari sabang hingga marauke, tanpa
membedakan kesukuan masing- masing.
DAFTAR ISI
1.
Desfiarni. 2004. Tari
Lukah Gilo: sebagai rekaman budaya Minangkabau pra Islam ; dari magis ke seni
pertunjukkan sekuler. Jogjakarta: Kalika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar